KERANGKA ANALISIS NOVEL
1. Pendahuluan
-Bahasanya
komunikattif (2)
-Melatih
imajinasi (3)
- Penulisnya
adalah tokoh inspiratif (3)
- Mengisi
waktu luang (5)
- Menumbuhkembangkan
membaca (2)
- Crita
penuh dengan komedi (4)
- Menambah
wawasan (1)
2. Pembahasan
Tema
- Tokoh dan tokoh dan
penokohan antagonis tritagonis
- alur dan pengaluran
tahap pengenalan pemunculan konflik klimaks revolusi dan penyelesaian
- latar latar waktu
tempat
- Amanat
- Gaya bahasa
- Analisis unsur-unsur
ekstrinsik
- Nilai budaya sosial
agama sejarah moral ekonomi dan pendidikan
3. Penutup
- kesimpulan (keunggulan/kelebihan dan
kekurangan/kelemahan)
- bahasa yang digunakan komunikatif 2
- sampulnya menarik 5
- isinya mencerminkan kehidupan remaja masa sekarang
1
- dikemas dengan bumbu-bumbu komedi 4
- alurnya tidak bertele-tele 3
- terdapat kata-kata yang kurang mendidik
- penggunaan tanda baca yang tidak sesuai 2
- penggunaan gaya bahasanya terlalu formal 3
- terlalu menekankan pada kehidupan pengarang
- nilai moralnya kurang banyak 1
- saran (keunggulan/kelebihan dan
kekurangan/kelemahan)
1. Pendahuluan
Penulis menganalisis
novel Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika karena ceritanya mengandung
nilai-nilai kehidupan yang positif, yaitu kehidupannya semasa remajanya. Cerita
tersebut dikemas oleh pengarang dengan bahasa sehari-hari sehingga mudah
dipahami oleh pembaca, terutama kalangan remaja. Hal ini, dapat menginspirasi
para remaja dalam menjalani kehidupan sehari-hari. Pengarang menyajikan cerita
masa cintanya dengan alur yang penuh komedi sehingga pembaca tidak jenuh dalam
membacanya.
Kegiatan menganalisis
ini dilaksanakan untuk menambah wawasan dan pengetahuan serta dapat menumbuh
kembangkan budaya membaca bagi penulis. Budaya gemar membaca dapat melatih
imajinasi seseorang dalam menikamti karya sastra. Penulis dalam mengisi waktu
luang dengan cara membaca novel untuk mencari inspirasi dalam membuat novel.
Oleh karena itu, penulis menganalisis novel yang berjudul Marmut Merah Jambu
karya Raditya Dika yang diterbitkan oleh Bukune di Jakarta pada tahun 2014
dengan ketebalan 218 halaman.
2. Pembahasan
Sinopsis
Suatu hari Dika datang
ke rumah Ina, cinta pertamanyya sewaktu SMA, membawa seribu origami burung bangau di tangan
kanannya, dan undangan pernikahan Ina di tangan kirinya. Besok, Ina akan
menikah. Kedatangan Dika diterima oleh ayahnya Ina yang curiga kedatangan Dika
untuk kasus cinta lama yang belum selesai dan berpikir bahwa Dika ingin
menggagalkan pernikahan anaknya. Dika menceritakan maksud sebenarnya, yang jauh
dari tuduhan ayahnya Ina.
Seiring Dika bercerita,
kita melihat masa lalu Dika, dia berteman akrab dengan Bertus. Pada masa ini,
Dika SMA jatuh cinta diam-diam kepada Ina. Baik Dika maupun Bertus sama-sama
sadar, untuk mendapatkan cewek di sekolah, mereka harus popular. Dika dan
Bertus sudah sering memecahkan masalah di sekolahnya, pada suatu ketika Dika
dan Bertus bertemu Cindy dan akhirnya mereka bertiga membuat grup detektif.
Bertus menyebut grup ini dengan Tiga Sekawan.
Suatu ketika ada suat
kasus yang tidak bisa mereka pecahkan, kasusna adalah graffiti di tembok
sekolah. Waktu terus berlalu hingga mereka lulus sekolah dan setelah
bertahun-tahun mereka menjalani hidup, Dika pun penasaran akan graffiti itu
setelah Dika menelit lagi ternyata gambar yang ada di graffiti itu bukanlah
gambar iblis, melainkan gambar marmot yang mirip dengan gambar di handuk yang
Dika terima dari Cindy. Dika juga ingat kalau yang memberitahukan tentang kasus
itu pertama kali ialah Cindy, Dika juga membaca petunjuk yang ada pada graffiti
itu ialah “untuk dibaca oleh dua orang”. Lalu, Dika membacanya bersama Bertus
dan membacanya juga per-dua kalimat.
Lalu, Dika menyimpulkan
bahwa kalimat dalam graffiti itu adalah mengenai surat cinta yang dibuat oleh
Cindy. Dika dan Cindy pun bertemu di acara pernikahan Ina. Dika menjelaskan
yang ia ketahui semua tentang grafiti it, dan Cindy pun tersipu malu. Lalu, Dika
mengeluarkan handuk yang diberikan oleh Cindy dengan gambar marmot merah jambu.
Tema
Taigan mengemukakan bahwa tema
adalah pandangan hidup yang tertentu atau perasaan tertentu mengenai kehidupan
atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk atau membangun dasar/gagasan
utama dari suatu karya (1993:125), menurut Aminudin tema adalah ide yang
mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang
dalam memaparkan karya fiksi yang diciptanya(Aminudin, 1995:91), sedangkan
Rusyana berpendapat bahwa tema adalah dasar atau makna sebuah cerita, tema
adalah pandangan hidup tertentu atau perasaan tertentu yang membentuk atau
membangun dasar gagasan utama suatu karya sastra, dan semua fiksi harus
mempunyai dasar(Rusyana, 1993:81).
Tema novel Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika menceritakan tentang kisah
cinta si pengarang, karena isinya menceritakan kehidupan Raditya Dika semasa
remajanya yang penuh cinta dan disertai komedinya. Hal ini dapat dilihat dalam
kutipan berikut
“Sewaktu kelas dua SMP, Aldi jatuh cinta diam-diam
sama Widya, cewek kelas sebelah. Aldi adalah temen sekelas gue, dan dia
sebenarnya bisa dengan mudah mendapatkan Widya.” (halaman 1)
“Gue adalah orang yang sangat mudah terpengaruh
dengan apa yang gue lihat, tonton, dan baca. Terutama sewaktu SMP. Ketika
nonton Aaron Carter di MTV, gue jadi pengin punya belah tengan dan
loncat-loncat di atas meja.”(halaman 17)
“Ketidakpedulian gue atas tekanan orang lain ini
runtuh pada saat gue duduk semeja dengan cewek yang gue taksir.” (halaman 56)
“Di caturwulan pertama kelas 2 SMA, gue jatuh cinta.
Nama orang yang tidak beruntung untuk gue jatuh cintai tersebut adalah Ina
Mangunkusumo. Walaupunkita sekelas, gue gak pernah berani mengajak dia
kenalan.” (halaman 59)
“Secara ajaib, setelah kencan pertama berakhir
dengan kegagalan, Ina Mangunkusumo masih sudi pergi berdua dengan gue. Semenjak
itu, kita jadi lumayan sering pergi ke luar berdua, dan frekuensi gue pergi
sama dia, baik untuk makan atau nonton kira-kira sebulan sekali.” (halaman 81)
Tokoh
dan Penokohan
Menurut Aminudin (2002:79) tokoh
adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa
itu mampu menjalin suatu cerita. Istilah tokoh mengacu pada orangya, pelaku
cerita. penokohan adalah cara sastrawan menampilkan tokoh (Aminudin 1984:85).
Tokoh adalah salah satu unsur yang penting dalam suatu novel atau cerita
rekaan. (Nurgiyanto 1995 :165) . Tokoh
dan penokohan dalam novel Marmut Merah
Jambu karya Raditya Dika adalah sebagai berikut. Dika sebagai tokoh Protagonis
yang memiliki sifat pesimis, peduli, sederhana, cerdas, dan optimis. Hal ini
dapat dilihat dari kutipan berikut
“’emang ada yang suka sama kita?’ Tanya gue”
(halaman 9)
“Setelah
menulis ini, kita sadar, ternyata kelebihan yang kita punya gak ada yang
berguna.”(halaman 22)
“Luka sunat mungkin bisa satu bulan hilang, tetapi
rasa sakit hati karena ditolak oleh cewek yang kita taksir, bisa jauh lebih
lama.”(halaman 58)
“Apa yang barusan gue lakuin? Gue gak berani negliat
hape, karena takut jawabannya ridak, atau Ina menganggap gue aneh.”(halaman 61)
“’Enggak, Na. Enggak apa-apa,’ kata gue,
mengurungkan niat untuk melanjutkan kalimat tersebut.”(halaman 77)
“gua
bangun dari tidur-tiduran dan bilang dengan lantang ke Aldi. ‘lo tahu apa yang
lo harus lakuin? Lo telepon Widya sekarang. Pake telepon gue ini. Tapi jangan
tutup kayak waktu itu. Lo bilang ke dia. Lo bilang ke dia kalo lo sayang sama
dia. Gimana?’”(halaman 9 dan 10)
“Suatu
hari gue menulis di twitter gue
sendiri. ‘Temen-temen tolong kasih tau Edgar agar Edgar mau disunat.’”(halaman
44)
“Gue
berusaha menenangkan nyokap dengan nyamperin Edgar, memberikan wejangan
layaknya seorang abang ke adik..” halaman (49)
”Meskipun
gue gak berniat negliat hasil sunat Edgar, gue tetap mau mengecek kondisi
Edgar.”(halaman 53)
“Masalah
pertama untuk first date ini pun
timbul :gue gak tahu mau pake baju apa. Keringet dingin, gue bongkar-bongkar
lemari, mencoba mencari tahu cowok dengan dandanan macam apakah yang Ina suka.
“gue bukanlah
fashionista, gue mungkin lebih cocok disebut sebagai gembelnista : gue berpakaian seperti gembel, dan gua
nista. Maka, ketika prom SMP tiba, gue hanya memaika jaket parasut berwarna
biru-merah yang tidak dikancingkan. Gue memakai sandal dan celana jeans yang
sudah bapuk . Sementara teman-teman lain memakai kemeja lengan panjang rapi,
rambut digel, dan sepatu pantofel yang mengilat.”(halaman 13)
“Di bawah kerlipan lampu Kemang, kita
pergi ke Blok A, ke sebuah tempat makan bubur di daerah Fatmawati.”(halaman
82)“
“Gue memperhatikan kertas tersebut, lalu
menyadari bahwa si pengirim menuliskan alamat pengiriman cokelat di atas bekas
di tip-ex yang sudah kering. Gue mengambil kertas tersebut, membalikannya lalu
mnerawangkannya di bawah lampu. Ternyata ada alamat lain, sebelum alamat
itu.”(halaman 33)
“Kenapa harus ada dua alamat? Kenapa si
pengirim surat memutuskan mengubah alamat pengiriman cokelat? Kenapa? Entah
inisiatif darimana, gue menelepon 108. Melalui 108, kita bisa menanyaka nomor
telepon rumah dengan memberikan sebuah alamat.”(halaman34)
“’uhhh.’ Gue
bingung mencari alasan. ‘Soalnya…., ini ada tas ketinggalan di SMP “Gue
berpikir keras. Gue ambil lagi ke faktanya : di surat ini ada dua alamat dan
yang satu dihapus. Apa artinya? Oh, mungkin ada dua orang yang menulis surat
ini.”(halaman 35)
“Aha.
Mampus lo kecebong kampret! Lo sudah terjebak dalam kegeniusan gue.”(halaman
37)
“Bisa aja,
kenapa gak. Jadi detektif itu keren. Kita bisa berkeliaran mecahin kasus-kasus.”(halaman
19)
“Sejujurnya,
gue tidak peduli dikatain kayak gitu. Galileo dulu juga dicemooh. Makanya,
setiap kali dicemooh gue selalu inget Galileo.”(halaman 26 dan 27)Pedu
Takaranita 1
dan ada nomor telepon ini di salah satu buku di tas itu’.” (halaman 35)
“’Hmmmm’, gumam gue. Di sini gue harus
berjudi. Gue gambling dan berusaha
untuk menggertak dia. Gue bilang ‘Cukup deh. Temen lo yang satu lagi udah
ngaku.’” (halaman 36)
“Lalu gue
mengumpulkan keberanian. Gue SMS Ina, sangat-sangat simpel.”(halaman 61)
“Setelah gue
piker-pikir, ini juga kesempatan gue untuk bilang apa yang selama ini cob ague
bilang ke Ina.”(halaman 89)
Aldi memiliki sifat
yang bodoh, serba tahu tentang Widya, berlebihan, pesimis, gengsi dan tawakal.
Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
“Aldy sangat dongo karena tidak bisa datang langsung
ke depan muka Widy dan bilang kalua dia memang sudah lama suka sama cewek
itu.”(halaman 3)
“Aldy tahu Widya adalah Scorpio tulen, dan
pada ulang tahunnya yang terakhir, dia dibelikan celana jeans dari luar negeri oleh mantan pacarnya.” (halaman 4)
“Aldy tahu,
Widya tidak suka berlama-lama tinggal di sekolah setelah pulang jam
pulang.”(halaman 4)
“Aldi selalu
menggambar huruf A besar, disertai dengan gambar hati, lalu huruf W yang
diberikan ornament bunga.”(halaman 4)
“’Lo nyadar ga sih, gimana cewek yang kita
suka gak pernah suka sama kita? Kenapa sih kita harus suka sama cewek yang
kayak gitu? Kenapa gak dengan orang yang pasti mau sama kita?’”(halaman 9)
“’Gue capek, Dik.’ Aldi menaruh
tangannya di belakang kepala. ‘Gue capek kayak gini terus. Gue pengin Widya
tahu apa yanhh gue rasain.”(halaman 9)
“’Petani mana bisa seterusnya sama
artis, Dik’ begitu katanya ketika gue menanyakan apa kabar perasaannya dengan
Widya.”(halaman 14)
“Kabar terakhir
dia sempet ditaksir cewek di IPB. Tapi dia gak mau, karena menurut dia ceweknya
jelek dengan jidat yang terlalu menonjol.”(halaman 14)
“Di suatu sore ketika
Aldi melihat Widya di televisi, dia mengambil satu kaleng biscuit Kong Ghuan
dan menghabiskannya sampai FTV yang dimainkan Widya selesai berputar. Dia
berdo.”(halaman 14)
Wahyu memiliki
sifat peduli.
Wahyu memiliki sifat peduli karena ia tidak menyukai
kejahatan. Hal ini dapat dilihat dari penggalan berikut.
“’Gue benci
penjahat,’”(halaman 19)
“’Iya gue pengin
jadi orang yang memberantas kejahatan.’”(halaman 20)
“’Kita bisa
kasih dia kesempatan, Dik,’”(halaman 24)
Bayu memiliki sifat yang bodoh dan
sok keren
Bayu memiliki sifat yang bodoh dan
sok keren karena sikapnya yang terlihat bodoh ketika di depan teman-temannya.
Hal ini dapat dilihat dari lukisan berikut.
“’Hmmm. Masuk akal,’
tanggap Bayu, yang cukup bodoh untuk berpikir seakan-akan kasus ini benar-benar
terjadi”(halaman 23)
“Begitu gue mau membuka
suara, Bayu tiba-tiba nyamber, ‘Goceng’. Hening. ‘Goblok lo tolol!’ jerit gue.
‘Kenapa goceng? Goceng kita bagi empat masing-masing juga cuman dapet seribu
dua ratus lima puluh, bego!’” (halaman 31)
“’Ketemu di kantor
aja.’ Bayu menaruh tangannya di atas dada, memberikan sikap sok keren kea rah
Dora.” (halaman 28)
“Kita tangkap si
keparat yang membuat surat ini,’ kata Bayu, yang secara jelas terlalu banyak
menonton film polisi.” (halaman 31)
“’Gue juga mikir gitu
lho,’ kata Bayu” (halaman 38)
Christopher
adalah orang yang baik dan percaya diri
Christopher
adalah orang yang baik dan percaya diri karena pengarang menceritakannya bahwa
Christopher adalah anak yang baik. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut
“anaknya
sebenarnya baik, tetapi tak banyak orang yang berteman dengan dia.”(halaman 24)
“Baru ditunju k sebagai sekretaris, Christopher
sudah berinisiatif membuatkan kartu nama untuk Empat Sekawan.”(halaman 25)
Dora adalah orang yang cerdas, galak, dan pemarah
Dora adalah
orang yang cerdas, galak, dan pemarah karena pengarang menjelaskan di dialog
antar tokoh. Berikut adalah kutipannya
“Dora cewek gempal, ketua OSIS. Pembawaannya cerdas,
lantang, dan kalua ngomong berapi-api.”(halaman 27)
“’Gue pengin lu kasih tau ke gue, siapa yang
sebenarnya menulis surat ini. Gue mau bikin perhitungan. Gue mau labrak.’”(halaman 29)
“Kok gue merasa Dora terlalu berlebihan untuk
marah-marah segitunya sama mereka ya? Tanya gue ke Bayu.”(halaman 38)
Clarissa memiliki sifat yang jujur dan licik
Clarissa
memiliki sifat yang jujur dan licik karena ia membohongi Dora, kakak kelasnya.
Hal ini dapat dilihat dari penggalan berikut
“Ketik sedang melabrak, Clarissa
mengakui sebagai otak semuanya, dan Elisabeth hanya orang yang membantu menulis
surat tersebut.”(halaman 37)
“’Iya, kak’ kata Clarissa. ‘Supaya kak
Doa merasa Mario orangnya matre, soalnya dia pengin Silverqueen.’”(halaman 39)
Edgar adalah adik Dika yang mmiliki sifat penakut
dan Cerdas
Edgar adalah adik Dika yang memiliki
sifat penakut dan Cerdas karena ia takut ketika akan disunat. Hal ini dapat
dilihat dari kutipan berikut
“Dia takut saat disunat dan cerdasnya
pada saat memilih hari disunat ketika sehari setelah libur sekolah dengan
alasan penyembuhannya lebih lama.”(halaman 45)
Mama
Dika adalah orang yang perhatian
Mama Dika adalah orang yang perhatian
karena pengarang menggambarkannya dalam dialog antar tokoh. Berikut adalah
kutipannya
“Mendengar
jawaban gue yang santai, nyokap sewot, ‘kamu tuh ya ga pernah peduli sama
adik-adik kamu,’ kata nyokap tegas. ‘ Kamu perhatiin dong adik kamu.’”(halaman
46)
Ara memiliki sifat peduli
Ara memiliki
sifat peduli karena ia peduli terhadap penampilannya Dika. Hal ini digambarkan
pengarang pada kutipan berikut
“’Lo mau nge-date atau mau ikutan sirkus?’ kata Ara. ‘Mendingan lo yang simpel
aja.’”(halaman 63)
Ina adalah orang yang disukai Dika yang memiliki
sifat gengsi dan tidak pernah peka dengan perasaan Dika
Ina adalah orang
yang disukai Dika yang memiliki sifat gengsi dan tidak pernah peka dengan
perasaan Dika. Berikut adalah kutipannya
“Gue bingung dengan sikap Ina ini di
sekolah. Kemungkinan yang paling masuk akal adalah dia tidak mau temen-temennya
yang lain tahu bahwa Ina deket dengan gue.”(halaman 82)
“ Tiba-tiba Ina berkata, ‘ Bythe way, makasih banget lo udah mau
jadi temen gue selama ini.’”(halaman 89)
Anto adalah mantannya Ina yang memiliki sifat yang
tidak setia
Anto adalah
mantannya Ina yang memiliki sifat yang tidak setia. Pengarang menggambarkannya
pada kutipan berikut
“Pada saat Anto memegang tangannya Ina, pada saat
itu Ina berharap dari hubungan teman menjadi pacar, tetapi Anto sudah punya
pacar.”(halaman 87)
Alur
Menurut
Aminudin (2002:85) alur
adalah rangkaian cerita yang dibentuk oleh tahapan-tahapan peristiwa
sehingga menjalani suatu cerita bisa berbentuk dalam rangkaian peristiwa
yang berbagai macam. Alur atau
Plot adalah struktur rangkaian kejadian dalam cerita yang
disusun sebagai sebuah interelasi fungsional yang sekaligus menandai
urutan bagian-bagian dari keseluruhan fiksi.Nurgiyantoro (1984:90)mengemukakan
bahwa plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian
itu hanya dihubungkan secara sebab akibat peristiwa yang satu disebabkan
atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Sedangkan menurut Rusyana. (1995 :170) mengemukakan
bahwa ”alur bukan sekedar urutan cerita dari A sampai Z, melainkan merupakan
hubungan sebab-akibat peristiwa yang satu dengan peristiwa yang lain di
dalam cerita”. Alur
novel Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika menggunakan alur renggang karena
memilik beberapa tahapan di antaranya, tahap pengenalan, pemunculan konflik,
klimaks, antiklimaks, dan resolusi atau penyelesaian masalah. Sedangkan
pengalurannya maju atau progresif. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut.
Tahap pengenalan
Pada
tahap ini pengarang menceritakan dirinya sendiri dimulai dari kehidupannya
semasa SMP. Hal ini dapat dilihat dari kutipan berikut
“Sewaktu
kelas dua SMP, Aldi jatuh cinta diam-diam sama Widya, cewek kelas sebelah.”(halaman
1)
“’Saat itu gue
“Sewaktu
kelas dua SMP, Aldi jatuh cinta diam-diam sama Widya, cewek kelas
sebelah.”(halaman 1)
“Aldi
masuk ke SMA yang berbeda dengan gue. Sesekali, ia masih teringat kepada Widya.
Sementara gue dan Indira masuk ke SMA yang sama.
“Gue
adalah orang yang sangat mudah terpengaruh dengan apapun yang gue lihat,
tonton, dan baca. Terutama sewaktu SMP”(halaman 17)
“Hari
besar itu pun tiba, Edgar akan disunat di RS pertamina.”(halaman 51)
“Di caturwulan pertama kelas 2 SMA,
gue jatuh cinta.”(halaman 59)
Latar
Menurut pendapat
Aminuddin (1987:67), yang dimaksud dengan setting adalah latar peristiwa baik
berupa tempat, waktu maupun peristiwa, serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi
psikologis. Lebih lanjut Leo Hamalian dan Frederick R. Karel (1995 :170) menjelaskan
bahwa setting dalam karya fiksi bukan hanya berupa tempat, waktu, peristiwa,
suasana serta benda-benda dalam lingkungan tertentu, melainkan juga dapat
berupa suasana yang berhubungan dengan sikap, jalan pikiran, prasangka maupun
gaya hidup suatu masyarakat dalam menanggapi suatu problema tertentu. Setting
dalam bentuk terakhir ini dapat dimasukkan ke dalam setting yang bersifat
psikologis (Aminuddin, 1987:68).
Berikut latar yang terdapat pada novel Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika.
Latar
Tempat
Latar tempat
Sekolah
“Ketika pulang
sekolah, dia tidak berani dan mengurungkan niatnya.”(halaman 3)
“Di saat jam
pelajaran olahraga, Aldi berkutat di dekat-dekat kantin”(halaman 7)
“Di suatu siang di kantin SMA gue,
ketika gue berpapasan dengan Indira, gue juga berdoa.”(halaman 15)
“Saat itu, Dora
masuk ke kelas kita, 2-F.”(halaman 27)
“Pulang sekolah, kita semua berkumpul di
depan kantin yang sudah tutup. Suasananya sepi, ada beberapa anak yang masih
bermain bola.”(halaman 32)
-
Rumah Dika
“Aldi menelepon di rumah gue, di sebuah
malam minggu, ketika dia lagi menginap.”(halaman 8)
“Setelah mandi sore, gue mencoba memutar
otak untuk memecahkan kasus surat ini. Tetap tidak ada petunjuk lain yang gue
dapatkn.(halaman 34)
“Sewaktu lagi makan bersama keluarga,
Edgar sempet bertanya sama nyokap, ‘Kalau Mickey Mouse disunaat, Ma?’”(halaman
43)
“Ketika malamnya
gue nyampe rumah, nyokap langsung menyambut gue dengan gegap gempita.”(halaman
53)
“Ketika hari Sabtu, gue di rumah, lagi
duduk-duduk sendirian.”(halaman 61)
-
Di Dalam Mobil
“Di
dalam mobil, di jalan pulang kea rah
rumahnya, Ina lebih banyak bercerita tentang sahabatnya yang akan pergi ke
Amerika.”(halaman 76)
“Di
sebuah lampu merah, gue menelepon Ara, yang untungnya masih bangun.”(halaman
79)
-
Rumah Ina
“Sesampainya
di depan rumah Ina, gue keluar dari mobil Timor, berdiri di depan pintu pagar,
menunggu dia keluar dengan setia.”(halaman 67)
“Ina
pun datang keluar dari rumahnya.”(halaman 68)
“ina
masuk ke dalam. Gue terdiam di depan pagar rumahnya, melihat punggung badannya
menghilang di balik pintu yang di tutup rapat.( halaman 79)
-
Rumah Sakit Pertamina
“Hari besar pun tiba, Edgar akan disunat di RS
Pertamina.”(halaman 51)
-
Bioskop
“Keika kita memesan
tiket untuk filmnya, kursi masih banyak yang kosong.”(halaman 71)
“Di dalam bioskop, gue
mendapati diri gue susah konsentrasi menikmati film Lord of The Rings.”(halaman 75)
Kentucky
“’Boleh,’
kata gue. ‘Kentucky aja ya.’”(halaman 71)
-
McDonald
“Lalu
gue berhenti sebentar di McDonald’s Kemang Raya.”(halaman 93)
-
Sydney
“Di tengah-tengah gue
lagi menyelesaikan menulis untuk buku ini, di bulan Oktober 2009, gue dan pacar
berjalan melihat-lihat binatang yan ada di Toolonga Zoo Park, Sydney.”(halaman 213)
b. Latar Waktu
- Pagi
“Keesokan
paginya, setelah gue menceritakan semuanya, Dora melabrak Clarissa dan
Elisabeth.”(halaman 37)
“Samapi
akhirnya di suatu pagi, gue lagi ngebuka kulkas untuk minum, nyokap memegang
pundak gue dari belakang dan bilang, ‘Bang, nengok belakang deh.’”(halaman 55)
- Siang
“Di
suatu siang di kantin SMA gue, ketika gue berpapasan dengan Indira, gue juga
berdoa.”(halaman 15)
“Keinginan
untuk punya grup detektif gue utarakan kepada temen-temen menjelang jam makan
siang berakhir.”(halaman 18)
“Kita
hampIr saja membubarkan grup detektif gagal ini, hingga di suatu siang, kita
berhasil mendapatkan kasus pertama kita.”(halaman 27)
- Sore
“Di
suatu sore ketika Aldi melihat Widya di televisi, dia mengambil satu kaleng
biscuit Kong Ghuan dan menghabiskannya sampai FTV yang dimainkan Widya selesai
berputar. Dia berdo.”(halaman 14)
“Pulang
sekolah, kita semua berkumpul di depan kantin yang sudah tutup. Suasananya
sepi, ada beberapa anak yang masih bermain bola.”(halaman 32)
“Setelah
mandi sore, gue mencoba memutar otak untuk memecahkan kasus surat ini. Tetap
tidak ada petunjuk lain yang gue dapatkn.(halaman 34)
“Waktu
sudah-sudah pukul enam sore, gue gak mungkin ngajak dia ke Dufan karena udah
kemaleman.”(halaman 69)
- Malam
“Gamma menelepon
sehabis makan malam, lalu langsung menutup teleponnya begitu telepon tersebut
diangkat.”(halaman7)
“Gue sendiri
menelepon Indira malam-malam, ke telepon rumahnya, yang gue dapat dari
menelepon 108 dengan menyebutkan alamat rumahnya.”(halaman 8)
“’Malam’ kata
Aldi. ‘Halo, malam,’ kata Widya di ujung sana.”(halaman 10 dan 11)
“Tepat pukul
delapan malam, gue mengangkat telepon , dan menelepon Clarissa.”(halaman 35)
“Ketika malamnya
gue nyampe rumah, nyokap langsung menyambut gue dengan gegap gempita.”(halaman
53)
c. Latar Suasana
-
Senang
“Gua masih inget mukanya yang bersinar terang ketika
teleponnya dijawab oleh Widya. Dia langsung menutupnya, tentu, tapi gue tidak
bisa lupa bagaimana senyuman itu bisa terus ada sampai kita mau tidur.”(halaman
8)
“Kita pun akhirnya mengerjakan kasus surat Dora
dengan suka cita.”(halaman 31)
“Nyokap, mendengar Edgar berkata seperti iut,
otomatis sujud syukur.”(halaman 44)
“Jeda setengah jam. SMS masuk lagi :’Selamat! Adikmu
selamat, Dika. Dia baik-baik saja.”(halaman 52)
“Edgar bilang, ‘Bang, aku udah sembuh! Aku sudah
sembuh!’”(halaman 55)
-
Sedih
“Minggu
demi minggu berlalu. Seperti sudah diduga, kita tidak mendapatkan kasus sama
sekali.”(halaman 26)
“’Kasihan
juga mereka’ kata gue.”(halaman 38)
“Nyokap
gue melihat nanar. Dia bilang, ‘ Tadi pas Edgar disunat, Mama sedih. Mama
ngerasa kayak Mama gak bisa ngelindungin Edgar kettika dia disakiti orang
lain.’”(halaman 54)
- Mengecewakan
“’Lo nyadar ga sih, gimana cewek yang kita suka gak
pernah suka sama kita? Kenapa sih kita harus suka sama cewek yang kayak gitu?
Kenapa gak dengan orang yang pasti mau sama kita?’”(halaman 9)
“;Tapi seharusnya Mama bisa melindungi Edgar, Dika,’
kata nyokap setengah memelas.”(halaman 54)
“Dia cuman bilang, ‘Idihhh… Geli
banget!’ Gua shock.”(halaman 57)
“Di kepala gue terngiang-ngiang kembali
kata-kata Ara : ‘Pake kaus sama jeans
pasti gak salah’. Mood nge-date berubah jadi mood pengin matahin badan Ara jadi dua.”(halaman 68)
“’Kita gak pacaran, Mbak,’ kata Ina
langsung to the point. Hati gue
langsung to the JLEB.”(halaman 71)
- Mengharukan
“Pada
akhirnya, orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa mendoakan, setelah capek
berharap, pegharapan yang ada dari dulu, yang tumbuh dari mulai kecil sekali,
hingga makin lama makin besar, diam-diam pada akhirnyya menerima.”(halaman 15)
“Kata-kata Bayu terngiang kembali di kepala gue,
‘Clarissa menurut gue salah banget.’Well,
seandainya ada Bayu di sini, gue mau tanya balik ke dia, ‘Apa yang salah dari
orang yang terlalu dalam sayang sama orang lain?’”(halaman 40)
“Gue mencoba menenangkan nyokap dengan nyamperin
Edgar, memberikan wejangan layaknya seorang abang ke adik.”(halaman 49)
“Terlihat jelas kalua nyokap bangga dengan anaknya,
dia bangga sekali dengan sunatan Edgar.”(halaman 53)
“’Anak Mama udah gede, ya ampun. Dulu kamu masih
Mama gendong-gendong, sekarang kamu sudah gede, ya,’ kata nyokap gue dengan
mata nanar.”(halaman 65)
- Kesal
“Tut. Tut. Tut. Dengan gondok teleponnya gue tutup.
Suara gue sewaktu SMP ternyata belum akil balik. Niatnya mau ngajak ngobrol,
malah dikira mbak-mbak. Nasib punya suara seperti Doraemon yang belum akil
balig.”(halaman 9)
“Gue menyesal kenapa gak sewaktu prom SMP itu gue “hajar aja” dan beneran
ngomong ke Indira.”(halaman 14)
“Aldi menyesal atas alasan yang sama.”(halaman 14)
“’Anjrit ini apaan?’ tanya gue, sambil melihat kartu
nama bergambarr Garfield tersebut, setengah gak percaya. ‘Kita mau bikin grup
detektif bukan jualan kucing!’”(halaman 26)
“Setelah
mandi sore, gue mencoba memutar otak untuk memecahkan kasus surat ini. Tetap
tidak ada petunjuk lain yang gue dapatkn.(halaman 34)
Amanat
Amanat atau nilai moral merupakan unsur isi dalam
karya fiksi yang mengacu pada
nilai-nilai, sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan yang dihadirkan
pengarang melalui tokoh-tokoh di dalamnya (Kenny, 1966: 89 via Nurgiyantoro,
2009: 321).Amanat menurut Siswandarti (2009: 44) adalah pesan-pesan yang ingin
disampaikan pengarang melalui cerita, baik tersurat maupun tersirat. Berikut amanat yang dapat diambil dari novel Marmut
Merah Jambu karya Raditya Dika.
Ungkapkanlah
isi hati meskipun tau akan ditolak
“Orang yang jatuh cinta diam diam pada
akhirnya hanya bisa menerima. Orang yang jatuh cinta diam-diam paham bahwa
kenyataan terkadang berbeda dengan apa yang kita inginkan. Terkadang yang kita
inginkan bisa jadi yang tidak sesungguhnya kita butuhkan. Dan sebenarnya, yang
kita butuhkan hanyalah merelakan. Orang yang jatuh cinta diam-diam hanya bisa,
seperti yang mereka selalu lakukan, jatuh cinta sendirian.”(halaman 15)
Jangan
pernah menyakiti perasaan orang
“Luka
sunat mungkin bisa satu bulan hilang, tetapi rasa sakit hati karena ditolak
oleh cewek yang kita taksir jauh lebih lama. Karena, luka hati, terutama ketika
tidak dijahit, bisa jadi tidak akan pernah kering.”(halaman 58)
Jangan
sakit hati jika ditolak
“Sekarang,
semua yang ada di sekeliling gue udah berubah. Gue udah pernah punya pacar
beberapa kali, Ina udah punya pacar, gue udah pernah mengalami
kejadian-kejadian aneh gini. Gue udah menulis empat buku, Ina udah kerja di
sebuah event organizer. Tapi kenapa,
hingga saat ini, setelah tujuh tahun, selai kacang di lidah gue, masih terasa
hambar.”(halaman 93 dan 94)
Jadilah seperti
belalang sembah
“Setiap
belalang sembah yang betina akan memakan kepala yang jantan. Kasian banget ya?
Mereka baru saja mengalami malam pertama, si belalang jantan jadi gak perjaka…
eh kepalanya dimakan ama yang cewek. Kesimpulannya, belalang jantan berani mati
demi cinta.”(halaman 214 dan 215)
Bercintalah
seperti marmut warna merah jambu yang berlari di sebuah roda
“Alih-alaih
seperti belalang, gue merasa seperti seekor marmut berwarna merah jambu yang
terus-menerus jatuh cinta, loncat dari satu relationship
ke yang lainnya, mencoba berlari dan berlari di dalam sebuah roda bernama
cinta, seolah-olah maju, tapi tidak….karena sebenarnya jalan di tempat. Entah
sudah berapa kali gue naksi orang sebelum bertemu pacar gue yang sekarang ini.
Entah berapa kali patah hati, berantem, cemburu yang ge alami sebelum ketemu
di. Entah berapa kali nembak dan putus, seolah-olah gue berlari dan berlari
dari satu hubungan gagal ke hubungan gagal lainnya, seperti marmut yang tidak
tahu kapan harus berhenti berlari di roda yang berputar.”(halaman 218)
Gaya
Bahasa
gaya bahasa merupakan cara yang digunakan oleh pengarang
dalam memeparkan gagasannya sesuai dengan tujuan dan efek yang ingin dicapai. Gaya
bahasa menurut Tarigan ( 1985: 5) gaya bahasa merupakan bentuk retorik, yaitu
penggunaan kata-kata dalam berbicara dan menulis untuk meyakinkan atau
mempengaruhi penyimak dan pembaca. Gaya bahasa menurut Harimurti (dalam
Pradopo, 1993: 265) adalah pemanfaatan atas kekayaan bahasa seseorang dalam
bertutur atau menulis, lebih khusus adalah pemakaian ragam bahasa tertentu
untuk memperoleh efek tertentu. Efek yang dimaksud dalam hal ini adalah efek
estetis yang menghasilkan nilai seni. Gaya
bahasa yang digunakan adalah bahasa sehari-hari dan mdah dipahami oleh pembaca
karena sebagian besar pembacanya adalah remaja. Hal ini dapat dilihat dari
kutipan berikut.
“’Mampus! Tutup
teleponnya! Tutup teleponnya!’ Gue memberikan instruksi.”(halaman 11)
“’Anjrit ini apaan?’
tanya gue, sambil melihat kartu nama bergambarr Garfield tersebut, setengah gak
percaya. ‘Kita mau bikin grup detektif bukan jualan kucing!’”(halaman 26)
“Di caturwulan pertama kelas 2 SMA, gue jatuh cinta.
Nama orang yang tidak beruntung untuk gue jatuh cintai adalah Ina
Mangunkusumo.”(halaman 59)
“Gedubrak. Gue
lupa ngasih nama. Gue bales ‘Mutun’”(halaman 62)
“Tanpa pikir
panjang lagi, dengan gemeteran gue menelepon Ina dari rumah untuk ngatur waktu
janjian.”(halaman 62)
Nilai - nilai kehidupan
Ralp Perry(1995:75) menjelaskan bahwa nilai
merupakan suatu objek yang berasal dari minat suatu individu. Kupperman
menambahan dalam bukunya (1991:90) bahwa nilai adalah sebuah patokan yang
bersifat normatif dan dapat mempengaruhi manusia dalam menentukan sebuah
pilihan. Sedangkan menurut Fraenkel(2001:170), nilai adalah sebuah konsep
ataupun ide mengenai apa yang dipikirkan seseorang dan dianggap penting. Berikut nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam
novel Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika yaitu, nilai sosial dan nilai
agama.
Nilai
Sosial
Pada saat prom SMP, Dika berpakaian sederhana, menunjukkan bahwa
dia adalah orang yang sederhana
“gue
bukanlah fashionista, gue mungkin lebih cocok disebut sebagai gembelnista : gue berpakaian seperti gembel, dan gua
nista. Maka, ketika prom SMP tiba, gue hanya memaika jaket parasut berwarna
biru-merah yang tidak dikancingkan. Gue memakai sandal dan celana jeans yang
sudah bapuk . Sementara teman-teman lain memakai kemeja lengan panjang rapi,
rambut digel, dan sepatu pantofel yang mengilat.”(halaman 13)
Dalam
grup detektif menceritakan mengenai tim yang suka membantu menolong teman dan
orang lain
“’Bagus, kita
punya kesamaan. Kita semua benci penjahat,’ kata gue, mencoba untuk meyakinkan
mereka.”(halaman 20)
Peduli terhadap harga tempe dan tahu yang melonjak
tinggi.
“Sewaktu di awal tahun 2008, harga tempe
dann tahu tiba-tiba melonjak naik. Banyak orang kesusahan yang gak bisa beli
bahan dasar ini, semenjak gue tahu banyak rakyat miskin kesulitan, gue jadi
terusik, dan gue jadi susah tidur.” (halaman 107)
Nilai Agama
Di suatu siang di kantin SMA, Dika berpapasan dengan
Indira berdoa agar Indira menjadi jodohnya. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan
berikut.
”Berdoa dalam hati, ‘Moga-moga muka gue
besok berdoa dan dia mau sama gue.’ Pada akhirnya doa tersebut tidak terkabul
dan kita berdoa dengan lebih realistis, ‘Moga-moga dai bahagia dengan siapapun
yang dia dapatkan nanti.”(halaman 15)
3. Penutup
Novel Marmut Merah
Jambu karya Raditya Dika menceritakan remaja masa kini. Kehidupan remaja masa
kini hampir berpusat dengan urusan percintaan sehingga sama seperti yang
diceritakan oleh Raditya Dika dalam novel tersebut. Pengarang menyajikan
ceritanya dengan bahasa yang digunakan sangat komunikatif dan alurnya mudah dipahami
sehingga pembaca tidak merasa jenuh untuk menmbaca novel karya Raditya Dika.
Novel ini dikemas dengan bumbu-bumbu komedi dan sampul yang menarik. Meskipun
begitu, buku ini memberikan nilai moralnya karena terlalu banyak urusan
cintanya. Terdapat tanda baca yang tidak sesusai sehingga kurang cocok
digunakan dalam novel tersebut. Novel ini kurang cocok bila dibaca oleh
kalangan pelajar karena terdapat kata-kata yang kurang mendidik. Novel ini juga
mengarah pada cerita cinta si pengarang sehingga kurang bervariasi.
Meskipun menggunakan
bahasa yang komunikatif, novel Marmut Merah Jambu karya Raditya Dika sebaiknya
menggunakan kata yang mendidik karena sebagian besar pembacanya adalah remaja
SMP dan SMA. Nilai moral dalam novel ini juga sebaiknya diperbanyak dengan
nilai-nilai moral yang lain, tidak hanya nilai moral percintaan saja.
0 Comments