ANALISIS NASKAH DRAMA KRAKATOA
KARYA MAHDIDURI
KERANGKA ANALISIS NASKAH DRAMA
1.
Pendahuluan
-
deskripsi ceita yang menghipnotis pembaca (3)
-
menggunakan bahasa yang unik dan khas (4)
-
alur ceritanya menarik (1)
-
banyak kisah yang menginspirasi (2)
-
terdapat nilai- nilai kehidupan (5)
-
menginformasikan kepada orang lain (5)
-
melatih imajinasi siswa (3)
-
dapat menginspirasi siswa (2)
-
menumbuhkan budaya minat baca (4)
-
menambah wawasan siswa (1)
2.
Pembahasan
- Unsur Intrinsik (tema, tokoh dan penokohan,
alur dan pengaluran, latar tempat,
waktu dan suasana, amanat, dan bahasa)
- Unsur ekstrinsik (nilai sosial budaya, moral,
ekonomi, sejarah, religi, dan
pendididkan)
3.
Penutup
-
Kesimpulan (kelebihan/keunggulan dan kekurangan/kelemahan)
-
Saran (kelebihan/keunggulan dan
kekurangan/kelemahan)
1.
Pendahuluan
Penulis
menganalisis naskah drama Krakatoa karya Mahdiduri karena naskah drama tersebut
mempunyai alur cerita menarik sehingga membuat pembaca menjadi penasaran dengan
kelanjutan kisah pada Naskah Drama tersebut. Pada naskah drama Krakatoa
terdapat kisah yang menginspirasi tentang kesetiaan seorang istri yang tidak
mau meninggalkan suaminya sendirian dan mau menemaninya hingga ajal
menjemputnya. Selain itu, pada Naskah Drama ini diceritakan pula perjuangan menghadapi
bencana alam yang tidak bisa diprediksi kapan pun akan terjadi .
Naskah drama ini
mampu menghipnotis jiwa pembacanya melalui deskripsi cerita yang dahsyat dalam
Naskah Drama tersebut. Naskah drama ini
dikatakan dapat mempesona pembaca karena dapat mengalir, menyentuh,
mencerahkan, dan membidik pusat kesadaran. Penggunaan bahasa yang khas dan unik
adalah untuk menemukan dan menandai ciri umum naskah drama ini, diantaranya
penggunaan bahasa-bahasa khas jawa yang digunakan pada Naskah Drama ini. Nilai
–nilai pada naskah drama Krakatoa dapat di teladani dikarenakan terdapat banyak
nilai kehidupan yang bisa ditiru oleh khalayak banyak.
Kegiatan
menganalisis naskah drama ini untuk menambah wawasan dalam menikmati seni
drama. Hal ini dapat menginspirasi siswa dalam berkarya. Kegiatan ini bertujuan
melatih imajinasi seseorang dalam menikmati karya. Selain itu, kegiatan ini
bertujuan menumbuh kembangkan budaya minat baca siswa terhadap suatu karya
sastra. Kegiatan ini juga berguna untuk menginformasikan kepada orang lain
tentang seni drama krakatoa. Oleh karena itu, penulis menganalisis naskah drama
yang berjudul Krakatoa karya Mahdiduri diterbitkan oleh Dinas Pendidikan
Provinsi Banten bekerjasama dengan Lembaga Keilmuan dan Kebudayaan nimusInstitute
pada tahun 2010 dengan ketebalan 116 halaman.
2.
Pembahasan
Sinopsis
Sewaktu terjadinya letusan gunung Krakatau pada tahun
1883, seminggu
sebelumnya, Raden Ayu Sadijah sudah mengutarakan
pertanda akan kehancuran Krakatau, hanya saja suaminya selaku Wedana Caringin
mengindahkannya.. Raden Tjakra Amidjaja bersikukuh bahwa tidak akan ada bencana
apapun. Hngga pada senin, 27 Agustus 1883 di pagi hari, pertanda buruk tersebut
menjadi kenyataan. Raden segera memerintahkan anak buahnya untuk segera
mengevakuasi penduduk ke arah dataran tinggi, begitupula kedua anaknya, Hasan
dan Suryati. Namun pada saat perjalanan dokar mereka terguling dan keduanya
akhirnya terpisah dan tidak diketahui nasibnya masing-masing.
44 tahun kemudian, seoorang Asisten Wedana, Raden
Mulia sedang menyelidiki kedatangan seorang Pandhita di gunung Ciwalirang. Dia
menerima laporan kalau Pandhita itu sedang menyusun rencana pemberontakan. Dia
pun mendatangi Pandhita tersebut dan sempat bercakap dengannya, akhirnya dia
percaya bahwarumor yang beredar di masyarakat itu tidak benar . ternyata
Pandhita itu hanya sedang memberi bantuan pengobatan alternatif bagi yang
membutuhkan. Keahlian dan keikhlasannya itulah yang menjadikan Pandhita dikenal
banyak orang. Dari pertemuan itu, satu hal yang membuat Raden Mulia terkesima
adalah sosok anak Pandita, Ratna Sari
Ternyata bukan
hanya Raden Mulia yang jatuh hati tetapi banyak juga pemuda-pemuda pendatang
yang merasakan ha yang sama saah satunya adalah Abdu Sintir yang tidak bisa
menahan diri hingga memutuskan untuk mencuik Ratna Sari. Rencana pun disusun, dia meaporkan Pandhita pada komandan
pasukan Belanda agar dia ditangkap dengan alasan akan berbuat makar. Rencana
pun berhasi,Pandhita ditangkap dan dibawa ke rumah Raden Mulia untuk
diintrogasi. Untungnya, Raden Mulia bisa membuktikan kalau Pandhita tidak
bersalah. Pandhita pun lekas pulang ke gunung Ciwalirang. Ketika sampai,
Pandhita sudah tidak menemukan lagi istri dan anaknya, dia pun menyangka kalau
mereka ikut Abdul Sintir karena tergiur hartanya. Pandhita pun murka dan
mengutuk bahwasanya Krakatau akan meletus dan akan memusnahkan segala yang ada
di sekitarnya.
Keesokan paginya, raden mulia menusulPandhita ke
gunung Ciwairang. Mulai saat itu, seantero pesisir pantai anyer mulai dilanda
gempa. Di sana ia mendapat berita menghilangnya
Ratna Sari dan Ibunya. Ia pun bergegas ke pesisir pantai, bermaksud
mengejar rmbngan setelah melewati banyak ombak besar, Raden Mulia berhasil
menyusul rombngan Abdul Sintir, terjadilah adu tembak
Singkat cerita, Raden Mulia berhasil membawa Ratna
Sari dan Ibunya kembali. Ia menginapkan mereka di rumahnya. Secara kebetulan,
pagi harinya Raden Mulia kedatangan bupati Rangkas Gombong yang tak lain adalah
ayahnya, Raden hasan beserta istrinya bertemulah mereka semua. Kecurigaan Raden
mulia atas kemiripan Ratna Sari dengan seseorang yang tak lain adalah neneknya.
Ia pun menumpahkannya pada saat itu, ia menyelidikinya secara halus. Ternyata
ibu kandung dari Ratna Sari tak ain adalah Bibinya Raden Mulia yakni Suryati
Raden Hasan tak kepalang kaget dnegan kebenaran itu, ia menderaikan air mata.
Semuanya bersuka ria karena bisa kembali dipertemukan dengan keluarga yang
pernah hilang.
Sesampainya
keluarga Raden Mulia dan Ratna Sari di gunung Ciwalirang, mereka disambut
dengan muka sedih Kusdi, pelayan Pandhita, ia mengatakan bahwa sudah dua hari
Pandhita terus bersemedi di gua belakang gubuk mereka. Mereka semua lekas menyusul Pandhita ke dalam dan
bertemu dengannya. Awalnya, Pandhita pun merasa tak percaya dengan berita yang
dibawa hingga akhirnya Raden Mulia bisa memberi bukti. Setelah percakapan
panjang dan Raden Mulia menyampaikan keinginannya mempersunting Ratna Sari,
Pandhita menerima lamaran itu dan semuanya sepakat. Akhirnya Raden Mulia
dinikahkann dengan Ratna Sari dengan konsekuensi Ratna Sari tidak bisa menjadi
penerus tahta bapaknya.
Tema
Tarigan
berpendapat bahwa tema adalah pandangan hidup yang tertentu atau perasaan
tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk
atau membangun dasar/gagasan utama dari suatu karya sastra (1999:125) dan
Aminudin mengungkapkan pendapatnya tema adalah ide yang mendasari suatu cerita
sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya
fiksi yang diciptanya. (1995:91) sedangkan Rusyana mendefinisikan tema adalah
dasar atau makna sebuah cerita, tema adalah pandangan hidup tertentuatau
perasaan tertentu yang membentuk atau membangun dasar gagasan utama suatu karya
sastra, dan semua fiksi harus mempunyai dasar atau tema yang merupakan sasaran
tujuan. (1988:67). Tema dalam naskah drama Krakatoa ini
adalah tentang sebuah keluarga kerajaan yang terpisah karena terjadi letusan
gunung Krakatau.
Hal ini dibuktikan
dengan
“Sewaktu terjadinyaletusan gunung Krakatau pada
tahun 1883, Seminggusebelumnya, Raden Ayu Sadijahsudah mengutarakan pertanda
akankehancuran Krakatau”
“Dalam perjalananevakuasi, dokar mereka tergulingdan
akhirnya Suryati dan Hasanterpisah dan tidak diketahui nasibnya masing-masing.”
“Kesemuanya bersuka riakarena bisa kembali
dipertemukandengan keluarga yang pernah hilang.”
Tokoh dan Penokohan
Tokoh adalah pelaku yang mengemban
peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita
(Aminudin 2002:79, .Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau
berlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita (Sudjiman 1998: 16,). Tokoh
merupakan orang orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama
oleh pembaca kualitas moral dan kecenderungan kecenderungan tertentu seperti
diekspresikan dalam ucapan dan dilakukan dalam tindakan (Abrams 1995:165). Menurut penulis tokoh merupakan individu rekaan
pada cerita fiksi yang mendukung jalan cerita. Pada novel ini terdapat beberapa
tokoh yaitu;
R.
Tjakra Amidjaja berperan sebagai tokoh protagonis
R.
Tjara Amidjaja berperan sebagai tokoh protagonist Karena memiliki sikap bijaksana
dan rela berkorban sebagai pemimpin distrik. Hal ini dapat dilihat dalam
kutipan
"Aku tidak bisa pergi sekarang,
Den. Aku tidak bisa meninggalkantempat ini sebelum semua orang sudah
mengungsi. Lagipula aku inikepala
distrik, maka aku wajib menjaga harta benda milik rakyat, agar tidak dicuri
orang “
“ Jangan berpikir begitu, Den! Kau harus
pergi dari sini dan mencarikan tempat aman bagi anak-anak kita. Tentang aku,
jangan kau khawatirkan. Sebab aku punya kuda tunggangan yang bisa kupakai
setiap saat. Jadiaku bisa menyingkir kapanpun kalau bencana ini terjadi.”
” Kalau begitu, aku ingin kau adakan
pengawasan penuh di pesisir sini siang atau pun malam. Kau suruh saja para
mandor yang melakukannya.Dan kalau terjadi apa-apa yang dirasa mengkhawatirkan,
segera kasih tahu aku. Biarpun tengah malam, kau harus memberi tahu.Mengerti!?
“
“ Itu tidak mungkin Den Ayu. Aku
terlanjur jatuh hati dengankehidupan di distrik ini. Lagipula, pemimpin macam
apa aku ini berani meninggalkan rakyatnya di tengah bencana. Kalau memang
bencana itu terjadi. Tidak. Apapun yang terjadi, aku tetap di sini.”
R.
Ayu Sadijah berperan sebagai tokoh protagonist
R. Ayu Sadijah berperan sebagai tokoh
protagonist karena memiliki sikap yang setia pada suami dan rela berkorban demi
kesetiaannya pada suaminya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan :
” Seandainya mimpi itu hanya isapan
jempol belaka. Tapi aku mohon,akang ijinkan aku tinggal di sini sampai senin
tanggal 27, kalau dihari itu tidak terjadi apa-apa, baru aku akan berangkat ke
Rangkas-Gombong. “
“ Akang benar. Seorang pembesar harus
menjaga keselamatan rakyatnya,meski dirinya harus binasa. Memang tidak layak
kalau akang pergiduluan, sementara perbekalan bagi pengungsi belum
diselesaikan.Kalau begitu, ijinkan saya untuk tinggal menemani dan
membantuakang. Lagipula, tidak pantas seorang istri mencari selamat
sendirisedang suaminya tengah menghadapi bahaya. Aku siap mati bersama,kang!. “
“ Tidak. Aku tidak akan membiarkan
suamiku tercinta menghadapi mautsendirian. Sebagai seorang istri aku wajib
membantu dan menemanimu.Dalam senang dalam bahaya sampai titik darah
penghabisan. “
P. Nusa Brahma
berperan sebagai tokoh
protagonist
P.
Nusa Brahma berperan sebagai tokoh protagonist karena memiliki sifat baik hati,
suka menolong tanpa pamrih, rendah hati, bertanggung jawab dengan apa yang ia
perbuat dan bijak dalam berbicara. Dapat terlihat dalam kutipan berikut
“ Selamat datang, juragan. Saya senang
sekali juragan menyempatkandiri datang ke tempat hamba yang hina ini. “
“ Itu betul, juragan. Tapi saya kesini
sebenarnya bukan untuk mengobatiatau jadi dukun. Makanya saya hanya meluangkan
waktu saya untuk mengobati hanya pada hari Jum’at. Soal kemujaraban jampi
atauramuan saya bukan berasal dari keahlian saya, melainkan pertolongan dari
yang maha kuasa. Kalau Tuhan menyayangi si sakit, tentulah Iaakan
menyembuhkannya, tapi kalau sudah saat kematiannya, tidak ada satu kekuatanpun
yang bisa menolong dia.”
“ Juragan, dalam dunia ini tak ada yang
perlu diherankan kalau sudahtahu rahasianya. Apa yang sudah saya perbuat, orang
lainpun bisa kalau tahu
jalannya. Meski begitu, di dunia ini masih banyak orang-orang bodoh yang mudah
ditipu oleh dukun atau tabib yang dikira sakti.Hingga tidak sedikit orang
diperas kekayaannya untuk kepentingandukun tersebut, kalau orang itu sampai
masuk dalam perangkapnya “
“ Sudah tiba waktunya saya harus
meluruskankekeliruan yang pernah saya buat karena terburu nafsu yang menyebabkan
banyak jiwa terancam dengan meletusnya Krakatau itu.Untuk mencegah semua itu
tak ada jalan lain, kecuali saya harus pergike Swargaloka atau Dewachan. Di
sana nenek moyang saya berdiamdan saya akan minta pertolongan agar bencana itu
bisa dicegah.Tegasnya, saya harus menyingkirkan diri dari dunia ini
lantaranmenanggung dosa besar dari kekeliruan saya”
Abdul Sintir berperan sebagai tokoh
antagonis
Abdul
Sintir berperan sebagai tokoh antagonis karena memiliki sifat sombong, keras
kepala Dapat dilihat dari kutipan berikut
“ Menurutmu, apa ia akan tetap
menolak, kalau aku memberi mas kawinsebanyak sepuluh ribu dan semua hasil
perkebunan karetku? Dia pastiakan menerima! Abdul Sintir!.
“ Alah! Sudah banyak dukun aku
datangi, dan mereka semua mataduitan! Ingat, Uang yang berkuasa! Jadi aku pikir
Pandhita itu punakan tergoda kalau aku sodorkan seluruh kekayaanku padanya.
Bahkanaku sudah berniat akan menggunakan segala kekayaan dan cara zntuk
mendapatkan Ratna Sari. “
“ Aku akan meratap,berlutut di
hadapan Pandhita dan istrinya itu, agar mereka iba. Akankutunjukan
kesungguhanku. Bahkan kalau perlu, aku akan mengancam bunuh diri kalau aku
ditolaknya. Kalau sudah begitu, tentunya akuakan diangkat sebagai mantunya. Iya
kan!? Hahaha…. “
“ Kalau ia tetap menolakku,
terpaksa aku harus memilih dua cara. Bunuh diri atau bawa lari paksa anaknya.
Aku tahu Ratna Sari menaruh hati padaku, aku tahu dari tatapannya padaku. Ia
pun sudah menerima pemberianku. “
Raden Mulia berperan sebagai tokoh
protagonist
Raden
Mulia berpera sebagai tokoh protagonist karena memiliki sifat rela mengorbakan
dirinya demi keselamatan orang, rasa ingin tahu yang tinggi dan rendah hati.
Dapat terlihat dalam kutipan sebagai berikut
“ Kalaupun Krakatau akan meletus,
meletuslah. Tapi aku punyakewajiban menangkap para penjahat ini. “
“ Sudahlah Mikung. Tekad saya sudah
bulat. Apapun yang terjadi sayaharus selamatkan Ratna Sari dan Ibu. “
“ Makan siang…? Eh, tentu tuan Pandhita.
Saya senang sekali bisamenemani tuan Pandhita makan. Lalapan dan sambal, sudah
lebih dari cukup “
“ Anda sungguh bijak. Saya kagum dengan
pandangan hidup Anda,ternyata di antara kaum Baduy terdapat seseorang yang
memiliki pandangan luas dan cerdas seperti Anda.”
“ Aku semakin penasaran. Apa Bapak bisa antar
saya ke sanamenemuinya? “
Alur dan Pengaluran
Alur adalah rangkaian peristiwa
yang direka dan dijalin dengan seksama dan menggerakan jalan cerita melalui
kerumitan kearah klimaks dan penyelesaian (Kamus
Besar Bahasa Indonesia). Alur adalah jalinan peristiwa dalam karya sastra
untuk mencapai efek tertentu (Wiktionary.org).
Alur adalah rentetan peristiwa yang membentuk struktur cerita, dimana persitiwa
tersebut sambung sinambung berdasarkan hukum sebab-akibat (Forster 1971:93). Menurut penulis alur yang dipakai ialah alur
Tahap pengenalan
Tahap pengenalan adalah tahap
pengarang mulai melukiskan suatu keadaan atau situasi berisi pelukisan dan
pengenalan situasi latar dan tokoh tokoh cerita, ini merupakan tahap pembukaan
cerita (Nurgiyantoro, 2012: 149-150). R. Tjakra Amidjaja adalah seorang kepala
distrik Krakatau yang tidak percaya akan mimpi istrinya yang mengatakan bahwa
akan ada ombak besar setinggi pohon kelapa disertai hujan api dan lahar panas
yang akan membinasakan makhluk hidup.
“ Sudahlah, Den Ayu. Buat apa bersedih
akan sebuah perkara yang tidak jelas
sumbernya. Toh, bahaya dan kesedihan tidak akan bisa dirubahdengan ratap
tangis. Lebih baik kita serahkan nasib kita pada Tuhan.Ia yang tahu bagaimana
melindungi hambanya.”
“ Kalau begitu ini idak bisa dibiarkan.
Ya sudah nanti sore akang akan beri tahu
soal ini pada Kiayi Haji Anwar. Dan akhir bulan ini, Den Ayuharus ikut akang ke
Serang buat bertemu dokter dari Belanda. Akangrasa den ayu terkena halusinasi
sehabis demam tinggi beberapa hari ini. “
“ Oleh karenanya Den ayu tak usahlah
bersusah hati dan murung secaratak beralasan. Tegarlah seperti halnya turunan
bangsawan, mengingatkau akan menjadi Raden Ayu Bupati. Lihatlah rakyat kita,
bukankah mereka selalu gembira dan bekerjaseperti bisaanya? Malah di pesisir
pantai, setiap hari banyak orang berkumpul menyaksikan asap yang keluar dari
Krakatau. Mereka samasekali tidak takut, dan memang tidak ada yang perlu
ditakutkan.”
“ Itu kebetulan saja, Den Ayu..”
” Bahaya apa? Bahaya itu Cuma ada dalam
pikiranmu, Den Ayu.Orang lain tidak merasakan adanya bahaya”
Pemunculan masalah
Pemunculan masalah adalah tahap
peristiwa yang bersangtan-paut yang berkait-kaitan mulai bergerak pemunculan
konflik. (Nurgiyantoro, 2012: 149-150) di pesisir pantai R.Tjakra Amidjaja
sedang berdiri menghadap laut dan menatap jauh gunung Krakatau dengan ditemani
suara gemuruh yang menandakan aktifitas Krakatau. Namun ia tidak sendirian karena banyak yang
menyaksikan kejadian ini salah satuya Lurah
“ Bagaimana menurutmu, lurah? Apa
aktifitas gunung api dari pulau krakatau itu semakin sering atau turun beberapa
hari ini?
“ Kalau begitu, aku ingin kau adakan
pengawasan penuh di pesisir sinisiang atau pun malam. Kau suruh saja para
mandor yang melakukannya. Dan kalau terjadi apa-apa yang dirasa
mengkhawatirkan, segera kasih tahu aku. Biarpun tengah malam, kau harus memberi
tahu.Mengerti!? “
“ Aku juga merasa begitu. Tapi bersikap
waspada dan hati-hati tidak ada jeleknya…. Aku pamit dulu lurah, jangan lupa
laksanakan tugasmu.”
Klimaks
Klimaks menurut Stanton (1965: 16),
adalah saat konflik telah mencapai tingkat intensitas tertinggi, dan saat (hal)
itu merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari kejadiannya. Konflik adalah
suatu yang dramatik mengacu pada dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan
adanya aksi dan aksi balas (Wellek and
Wairen, 1988 : 285). Tahap keadaan mulai memuncak atau peningkatan konflik,
dan konflik itu sendiri akan berkembangdan dikembangkan kadar intensitasnya. (Nurgiyantoro, 2012: 149-150). Malam hari 27 agustus 1883 Gunung Krakatau mulai
menampakkan aktifitasnya. Semakin intens dan besar. Suara gemuruh dan goncangan
gempa skala kecil kian sering terjadi. Penggambaran adegan ini terjadi di
pendopo kewedanaan hanya terdengar suara orang berdoa. Sementara di panggung
terjadi goncangan gempa skala kecil disertai gemuruh Krakatau.
“Allahuma
inna nastainuka, wa nastaghfruka, wa numinunika, wa natawakkalu alaika wa husni
alaikal khaira,wan ash kuruka, wa lanakfuruka, wan nak lawwa natrokoman
tafdzoroka. Allahuma ijjaka, nabudu wa laka, nusoli wa nas judu, wa alaika nasa
wa nahfdu, wa narju rahmataka, wa nakshaazabaka inna izabaka bilol kuffari
mulhik”
“ Saya minta para lurah segera
mengevakuasi penduduk ke sebelahhulu sebelum sore. Bawa barang secukupnya,
jangan berlebihan. Yang penting bagi kita adalah menyelamatkan nyawa. Dan pihak
keamanan, saya minta membantu para lurah. Dahulukan kaum wanita dan anak-anak.
Bawa juga perbekalan. Beras dan makanan lainnya selama pengungsian. Demikian instruksi
saya. Segera laksanakan.”
“ Aku tidak bisa pergi sekarang, Den.
Aku tidak bisa meninggalkantempat ini sebelum semua orang sudah mengungsi.
Lagipula aku ini kepala distrik, maka aku wajib menjaga harta benda milik
rakyat, agar tidak dicuri orang. “
“ Alah! Sudah banyak dukun aku datangi,
dan mereka semua mataduitan! Ingat, Uang yang berkuasa! Jadi aku pikir Pandhita
itu punakan tergoda kalau aku sodorkan seluruh kekayaanku padanya. Bahkanaku
sudah berniat akan menggunakan segala kekayaan dan cara zntuk mendapatkan Ratna
Sari! Beban sakit mata, memang sudahlah hilang. Tapi beban hati yangmencinta
makinlah besar. Buat apa mataku sembuh kalau harusmenderita kerinduan tak
berbalas pada bidadari yang bernama Ratna Sari. O, Ratna! Ratna! Sia-sia ayahmu
menyembuhkan kebutaanku kalau harus jauh darimu. Lebih baik aku buta, tapi ada
kau disampingku “
“ Kalau ia tetap menolakku, terpaksa aku
harus memilih dua cara. Bunuhdiri atau bawa lari paksa anaknya. Aku tahu Ratna
Sari menaruh hati padaku, aku tahu dari tatapannya padaku. Ia pun sudah
menerima pemberianku.”
“ Aku
setuju dengan rencanamu, kawan! Kita bawa lari paksa Ratna Sari. “
Antiklimaks
Antikilmaks adalah tahap pengarang
memberikan pemecahan soal dari semua peristiwa dan konflik- konflik diberi
jalan keluar. (Nurgiyantoro, 2012: 149-150) akhirnya R. Ayu Sadijah bertekad
akan menemani suami nya walau sampai merenggut nyawanya karena dia tidak akan
membiarkan suami tercinta nya menghadapi kesusahan sendirian.
“ Akang benar. Seorang pembesar
harus menjaga keselamatan rakyatnya,meski dirinya harus binasa. Memang tidak
layak kalau akang pergiduluan, sementara perbekalan bagi pengungsi belum
diselesaikan.Kalau begitu, ijinkan saya untuk tinggal menemani dan membantuakang.
Lagipula, tidak pantas seorang istri mencari selamat sendirisedang suaminya
tengah menghadapi bahaya. Aku siap mati bersama,kang! “
“ Tidak. Aku tidak akan
membiarkan suamiku tercinta menghadapi mautsendirian. Sebagai seorang istri aku
wajib membantu dan menemanimu.Dalam senang dalam bahaya sampai titik darah
penghabisan. “
“ Bi. Aku percayakan anak-anakku
padamu. Bawalah mereka keRangkas-Gombong. “
“ Itu tidak benar, tuan. Sesudah
saya mendapat kabar tentang banyaknyaorang-orang yang berobat padanya, saya
langsung suruh orang kepercayaan
saya guna mengusut kebenaran berita itu. Dari laporanyang saya peroleh, dia tak
lebih dari orang bisaa yang tak berbahaya.Untuk memastikan laporan ini, saya
langsung pergi ke sana, ke puncak gunung Ciwalirang pada hari minggu tanggal
18. Dan tiga harisesudahnya saya kembali ke sana. Dan sama seperti laporan yang
sayaterima, saya tidak menemukan bukti kalau ia berbahaya. “
Resolusi
Resolusi
adalah putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yg
ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang) ( Kamus Besar Bahasa Indonesia )
sebelum meninggalkan ayah ibu nya Suryati dan Hassan diberikan sebuah kenang
kenangan dan menyuruh bi Sitimah untuk mampir di menes untuk memberikan surat
pada wedan
“ Bi. Aku percayakan anak-anakku padamu.
Bawalah mereka ke Rangkas-Gombong. Tapi sebelumnya mampirlah dulu di Menes,
temui wedana di sana dan kasihkan surat ini. (Menyerahkan surat yang sudah
disediakan) Dan ini surat untuk ayahku. Berikan padanya.”
“ Kalau begitu, aku ingin kau adakan
pengawasan penuh di pesisir sinisiang atau pun malam. Kau suruh saja para
mandor yang melakukannya. Dan kalau terjadi apa-apa yang dirasa
mengkhawatirkan, segera kasih tahu aku. Biarpun tengah malam, kau harus memberi
tahu.Mengerti!?”
Latar
Latar adalah keterangan mengenai
waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra (Kamus Besar
Bahasa Indonesia). Latar adalah landasan atau tumpuan yang memiliki pengertian
tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya perstiwa
peristiwa yang diceritakan (Abrams 1981:175 via Nurgiantoro 2009:216). Latar
adalah pelukisan tempat, waktu, dan situasi atau suasana terjadinya suatu
persitiwa (Siswandarti 209:44). Menurut
penulis latar adalah tempat, waktu dan suasana kejadian pada cerita.
Latar tempat
Latar
tempat yang digunakan dalam novel ini adalah pendopo, pesisir pantai,kantor
polisi, dalam goa dan puncak gunung Ciwalirang
“ Sudahlah, Den Ayu. Buat apa bersedih
akan sebuah perkara yang tidak jelas
sumbernya. Toh, bahaya dan kesedihan tidak akan bisa dirubahdengan ratap
tangis. Lebih baik kita serahkan nasib kita pada Tuhan.Ia yang tahu bagaimana
melindungi hambanya.”
“ Bagaimana
menurutmu, lurah? Apa aktitas gunung api dari pulau krakatau itu semakin sering atau
turun beberapa hari ini?”
“ Masuk! (Muncul seorang tua penuh uban.
Ia menyalaminya, dan mengambil posisi
duduk di seberang raden muria. Mereka berhadapan) Ah, bapak Nurhali. Selamat
datang kembali. Kapan sampai? ”
“ Selamat datang, juragan. Saya senang
sekali juragan menyempatkandiri datang ke tempat hamba yang hina ini. “
“ Gan…. Salam kenal. Tadi di dalam goa,
istri saya sudah jelaskan perkara sebenarnya. Dan saya sangat menyesali
kekeliruan besar karena terburu nafsu dan menyalahkan semua orang.”
Latar waktu
Latar
waktu yang digunakan dalam novel ini adalah pagi, sore, siang
“ Itu betul, kang. Dan aku tidak sedikit
pun merasa khawatir pada mimpi yang datang berulang ulang selama beberapa
minggu ini. Jika yang hidup di dunia ini hanya kita berdua, aku tidak takut
pada bencanayang akan melanda. Hanya saja aku mengkhawatirkan kedua anak kita,
Hasan dan Suryati. “
“ MALAM HARI. 27 AGUSTUS 1883.GUNUNG
KRAKATU MULAI MENAMPAKKANAKTIFITASNYA. SEMAKIN INTENS DAN BESAR. SUARAGEMURUH
DAN GONCANGAN GEMPA SKALA KECIL KIANSERING TERJADI.”
“ Saya minta para lurah segera
mengevakuasi penduduk ke sebelahhulu sebelum sore. Bawa barang secukupnya,
jangan berlebihan. Yang penting bagi kita adalah menyelamatkan nyawa.”
“ PAGI HARI, DESEMBER 1927. KANTOR
POLISI NAMPAK ASISTEN WEDANA BERNAMA RADEN MULIA SEDANGDUDUK MENGHADAP MEJA
KERJANYA.”
“ Selamat datang, juragan. Saya senang sekali
juragan menyempatkandiri datang ke tempat hamba yang hina ini.”
Latar suasana
Latar
suasana dalam novel ini adalah terharu, sedih, marah, dan bahagia
“ Tidak. Aku tidak akan
membiarkan suamiku tercinta menghadapi mautsendirian. Sebagai seorang istri aku
wajib membantu dan menemanimu.Dalam senang dalam bahaya sampai titik darah
penghabisan. “
“ Ini gelang, pusaka pemberian
uyutmu sewaktu pulang dari Mekkah.( Pada Mandor Karnaen) Karnaen! Simpan gelang
ini untuk merekaagar bisa mengingat kami jika kita tidak bertemu lagi! Jaga
baik anak-anakku dan gelang ini, jangan sampai hilang! “
“ Kawan! Jaga ucapan kalian!
Jangan macam-macam terhadap Pandhitadan keluarganya! Aku Kepala keamanan dan
Asisten Wedanatempat ini. Aku sudah mendengar rencana jahakalian. Kalau
kalianmenjalankan niatan itu, aku tidak akan segan-segan menangkap dan menebas
leher kalian! “
“ Suryati! Suryati! Engkau
kembali…..Ya Allah…”
“ Maka dengan ini, Ratna Sari
telah sah sebagai istri dari Raden Mulia.”
“ Kusdi, mana tuan Pandhita?KUSDI
TAK MENJAWAB, JARINYA MENUNJUK SUMUR.RADEN HASAN HADI DININGRAT MENGHELA
NAPASPANJANG DAN MENDEKATI SUMUR. RAUT WAJAHNYAMENAMPAKKAN KESEDIHAN. IA
MENDONGAKKANKEPALANYA DAN LAMPU PADAM.”
Amanat
Kenny
(1966: 89 via Nurgiyantoro, 2009: 321) berpendapat bahwa amanat atau
nilai moral merupakan unsur isi dalam karya fiksi yang mengacu pada
nilai-nilai, sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan yang dihadirkan
pengarang melalui tokoh-tokoh di dalamnya dan Akhmad Saliman (1996 : 67) berpendapat bahwa amanat adalah segala
sesuatu yang ingin disampaikan pengarang, yang ingin ditanakannya secara tidak
langsung ke dalam benak para penonton dramanya sedangkan Harimurti Kridalaksana (183) mendefinisikan amanat sebagai
keseluruhan makna konsep, makna wacana, isi konsep, makna wacana, dan perasaan
yang hendak disampaikan untuk dimengerti dan diterima orang lain yang digagas
atau ditujunya. Amanat naskah drama Krakatoa ini adalah jangan pernah
meremehkan pendapat seseorang hanya karena ego semata dan harus selalu bertanggung
jawab atas keputusan yang diambil juga
bertindak tepat agar tidak terjadi kesalahan yang baru disadari setelah
beberapa tahun lamanya
Bahasa dan Majas
Gaya
Bahasa merupakan jenis bahasa yang dipakai pengarang (Siswandarti 2009:44). Gaya Bahasa merupakan cara
pengucapan pengarang dalam mengemukakan suatu terhadap pembaca (Ambrams 1981:190-1 via Nurgiantoro 2009:276). Gaya bahasa adalah pemanfaatan
kekayaan bahasa, pemakaian ragam
tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu yang membuat sebuah karya sastra
semakin hidup, keseluruhan ciri bahasa
sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan
perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.(Wikipedia Bahasa Indonesia).
Menurut
penulis, gaya bahasa adalah bahasa yang digunakan penulis dalam menceritakan
suatu kejadian pada cerita. Bahasa dari naskah drama Krakatoa ini menggunakan
Bahasa Indonesia yang baku seperti pada zaman kerajaan. Hal ini dibuktikan
dengan
“Pagi
hari, desember 1927. Kantor polisi nampak asisten wedana bernama raden mulia
sedangduduk menghadap meja kerjanya. Ia membuka Surat-surat yang sampai di
mejanya tadi malam, Menandainya dengan pensil. Kemudian iamendekatkan mesin tik
dan mulai mengetik. Ditengah aktifitasnya itu, terdengar suara pintudiketuk.”
“sejauh
yang saya selidiki dengan menyaksikan sendiri pekerjaannya Dan dari keterangan
orang-orang kampong di dekat situ, ia tidaklah berbahaya. Hal itu karena ia
tidak pernah berbicara soal politik atauagama. Kerjaannya cuma berdoa dan
sembahyang, tiap jumat, iamembuka praktek pengobatan bagi masyarakat. Anehnya
dia tidak pernah mau menerima pamrih
atas jasanya itu.”
“nurhali
berdiri dan menyembah dan pergimeninggalkan raden mulia. Sesudah itu radenmulia
duduk dan tecenung dengan pokok pembicaraan tadi”
Nilai-nilai Kehidupan
Gordon
Allfort mengemukakan bahwa nilai adalah keyakinan yang
membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya, (1964: 9) dan Kuperman berpendapat bahwa nilai adalah
patokan normative yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya
diantara cara-cara tindakan alternative (1983: 9) sedangkan Brameld Kluckhohn mendefinisikan nilai
sebagai konsepsi ( tersurat atau
tersirat, yang sifatnya membedakan individu atau ciri-ciri kelompok) dari apa
yang diinginkan, yang mempengaruhi
tindakan pilihan terhadap cara, tujuan antara dan tujuan akhir (1957: 9).
Nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam Naskah Drama ini meliputi nilai
moral, agama, dan sosial .
Nilai Moral
Pada
Naskah Drama ini terdapat banyak nilai-nilai moral yang dapat diteladani dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan dibawah ini
“Dahulukan kaum wanita dan
anak-anak. Bawa juga perbekalan. Beras dan makanan lainnya selama pengungsian.
Demikian instruksi saya. Segera laksanakan. (hal 21)”
“Tidak.
Aku tidak akan membiarkan suamiku tercinta menghadapi mautsendirian. Sebagai
seorang istri aku wajib membantu dan menemanimu.Dalam senang dalam bahaya
sampai titik darah penghabisan.” (hal 22)
“Tepat sekali, gan. Tapi dia ini
kelihatan pintar, punya sopan santun.Tidak seperti orang baduy di gunu Tuan
Pandhita, dari cara bicara dan gaya bahasamu, saya yakin bahwaAnda adalah
seorang yang bijaksana. Saya senang mengenal Anda.Saya kagum pada Anda yang
telah banyak menolong orang sakit tanpamengharapkan pamrih apa pun, tidak
mencari keuntungan pribadi,meski Anda sendiri bukan orang kaya.ng Kedeng yang
punya tabiat aneh,tidak mau bergaul selain kaumnya sendiri (hal. 29).”
“Tuan Pandhita, dari cara bicara
dan gaya bahasamu, saya yakin bahwaAnda adalah seorang yang bijaksana. Saya
senang mengenal Anda.Saya kagum pada Anda yang telah banyak menolong orang
sakit tanpamengharapkan pamrih apa pun, tidak mencari keuntungan pribadi,meski
Anda sendiri bukan orang kaya.(hal.34)
“Tetapi sesungguhnya mereka juga
punya sifat yang baik, seperti tidak suka berbohong, menipu, mencuri, bikin
keonaran. Selalu hidup rukunantar sesama, jadi tidak perlu lagi yang namanya
pengadilan atau pun polisi. (hal.41)
Nilai Agama
Pada
Naskah Drama ini terdapat banyak nilai agama yang disampaikan. Hal ini dapat di
buktikan pada kutipan dibawah ini.
“Allahuma inna nastainuka, wa
nastaghfruka, wa numinunika, wa natawakkalu alaika wa husni alaikal khaira,wan
ash kuruka, wa lanakfuruka, wan nak lawwa natrokoman tafdzoroka. Allahuma
ijjaka, nabudu wa laka, nusoli wa nas judu, waalaika nasa wa nahfdu, wa narju
rahmataka, wa naksha azabaka inna izabaka bilol kuffari mulhik. Di setiap kali
berdoa diiringi mengucapkan amindan sahadatain.” (hal.28)
“Kerjaannya Cuma berdoa dan sembahyang,
tiap jumat, iamembuka praktek pengobatan bagi masyarakat. (hal. 28)
“Ya. Karena ketika saya berdialog
tentang Islam, dia tidak tahu menahusegala ajaran yang saya bicarakan. Menurut
orang yang sering bertemudengannya. Cara berdoanya sangat lain dengan kita. Ia
sering menyebut nama-nama dewa yang ada dalam pewayangan. Seperti Batara Guru,
Batara Wishnu dan lainnya.(hal.28)”
“Lebih baik kita serahkan nasib kita
pada Tuhan.Ia yang tahu bagaimana melindungi hambanya. (hal.15)”
Soal kemujaraban jampi atauramuan saya
bukan berasal dari keahlian saya, melainkan pertolongan dari yang maha kuasa.
Kalau Tuhan menyayangi si sakit, tentulah Iaakan menyembuhkannya, tapi kalau
sudah saat kematiannya, tidak ada satu kekuatanpun yang bisa menolong. (hal.33)
Nilai Sosial
Pada
Naskah Drama Krakatoa banyak terdapat nilai sosial yang dapat diteladani dalam
kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan dibawah ini
“Oleh karenanya Den ayu tak
usahlah bersusah hati dan murung secaratak beralasan. Tegarlah seperti halnya
turunan bangsawan, mengingat kau akan menjadi Raden Ayu Bupati. (hal . 16)”
“Lihatlah rakyat kita, bukankah
mereka selalu gembira dan bekerjaseperti bisaanya? Malah di pesisir pantai, setiap
hari banyak orang berkumpul menyaksikan asap yang keluar dari Krakatau. Mereka
samasekali tidak takut, dan memang tidak ada yang perlu ditakutkan. (hal.17)
“Kalau begitu, aku ingin kau
adakan pengawasan penuh di pesisir sinisiang atau pun malam. Kau suruh saja
para mandor yang melakukannya. dan kalau terjadi apa-apa yang dirasa
mengkhawatirkan, segera kasih tahu aku. Biarpun tengah malam, kau harus memberi
tahu.Mengerti!?. (hal.19)
“Saya minta para lurah segera
mengevakuasi penduduk ke sebelahhulu sebelum sore. Bawa barang secukupnya,
jangan berlebihan. Yang penting bagi kita adalah menyelamatkan nyawa. Dan pihak
keamanan, saya minta membantu para lurah. (hal.21)
“Segera mandor kurnaen
memerintahkan beberapa pembantu menyiapkan segala sesuatunya. Bi satimah masuk
membawa keluar hasan dan suryati. (hal.23)
BIOGRAFI
PENULIS
Mahdiduri, lahir
di Tangerang pada 8 Juni. Setelah tamat dari Madrasah Aliyah Negeri 1 Serang
dia melanjutkan studinya di Universitas Indraprasta Jakarta Selatan. Pernah
menjadi buruh pabrik di wilayah Balaraja. Aktivitas keseniannya dimulai sejak
duduk di MAN 1 Serang dengan bergabung Jagat Teater dan Sastra Serang,
dilanjutkan bergabung dengan Komunitas Sastra Indonesia (KSI) dan Forum Kesenian
Banten (FKB). Setelah lama bergelut di bidang sastra, kini dia bersama
kawan-kawannya mendirikan komunitas teater Anonimus. Banyak program-program
kesenian yang telah dilaksanakannya, diantaranya program Jazz Tea, Bulletin
Teater Acting, Festival Monolog se-Banten dan yang terkini adalah program pendidikan
dan pelatihan menulis dan membaca ‘Kamar 37’.
Untuk karya sastra, puisi-puisinya termaktub dalam
ragam antologi puisi dan media cetak lokal ataupun nasional, diantaranya pernah
dipublikasikan di harian Republika, Sinar Harapan, Radar Banten, Fajar Banten, Antologi Puisi Bisikan
Kata - Teriakan Kota (DKJ), Mahaduka Aceh (PDS. HB Jassin) dan masih banyak
lainnya.Sedangkan kerja teater yang pernah dilakukan, diantaranya:
1. Pentas Teater Pakaian & Kepalsuan (Sutradara);
2006
2. Pentas Teater Wekwek (Sutradara); 2008
3. Konser Deklamasi Puisi ‘Mahdiduri Membaca
Sutardji’(Deklamator); 2002
4. Konser Deklamasi Puisi ‘Dari Ranjang ke Kamar
Mandi’(Deklamator); 2005
5. Konser Delamasi Puisi-puisi WS Rendra (Sutradara
& Deklamator); 2009
6. Pentas Monolog ‘Terkapar’ (Aktor); 2007
7. Pentas Monolog ‘Nyanyian Angsa’ (Aktor); 2009
8. Beckett’s Parade (Pimpinan Produksi); 2009
9. Festival Monolog se Banten (Pimpinan Produksi);
2009
3.
Penutup
Naskah
drama Krakatoa karya Mahdiduri menggambarkan kisah terjadinya letusan gunung
Krakatau pada tahun 1883. Dalam naskah drama ini terdapat hubungan satu bagian
dengan bagian yang lain yang harmonis serta dapat menimbulkan rasa penasaran
bagi pembaca, karena dalam penceritaan isinya
tidak berbelit-belit dan juga mudah dipahami. Di dalam Naskah Drama ini
juga terdapat arti dari perjuangan hidup dalam menghadapi bencana yang tidak
bisa diprediksi kapan akan terjadi. Bahasa yang digunakan dalam Naskah Drama
Krakatoa adalah Bahasa Indonesia namun sedikit ada campuran bahasa Jawa,
sehingga agak sedikit membingungkan bagi pembaca yang tidak mengerti arti
tersebut .
Naskah
Drama ini layak dibaca oleh seluruh kalangan mulai dari remaja hingga dewasa
karena naskah drama ini mengisahkan tentang terjadinya letusan gunung Krakatau
pada tahun 1883 yang merupakan bagian dari sejarah bencana alam terdahsyat di
Indonesia. Secara keseluruhan,
naskah drama ini layak untuk di presentasikan dalam bentuk pentas drama karena
banyak nilai-nilai kehidupan yang dapat diteladani dalam kehidupan sehari-hari.
Akan tetapi akan lebih baik lagi jika
penggunaan bahasa Jawa dalam Naskah Drama tersebut disertakan glosarium
sehingga memudahkan pembaca.
Daftar Pustaka
Aminudin. 1995. Stilistika. Pengantar
Memahami Bahasa Dalam Karya Sastra. Semarang: IKIP Semarang Press
Aminudin. 1987. Pengantar Apresiasi Sastra.
Malang: IKIP Malang
Foster, E.M. 1970.
Aspect of The Novel Harmondswot: Penguin Book
Nurgiyantor, B. 1995. Teori Pengkajian
Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada Press
Rusyana, y. 1994. Bahasa dan Sastra dalam
Gamitan Pendidikan. Bandung: Diponegoro
Sudjiman, p. 1998. Beberapa Gagasa Penting
Tentang Pengajaran Sastra Khususnya di Sekolah Lanjutan. Jakarta: Majalah Sastra
Tarigan. 1992. Menulis. Sebagai Suatu
Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa
0 Comments