ANALISIS NASKAH DRAMA KRAKATOA


ANALISIS NASKAH DRAMA KRAKATOA
KARYA MAHDIDURI





KERANGKA ANALISIS NASKAH DRAMA

1. Pendahuluan
- deskripsi ceita yang menghipnotis pembaca (3)
- menggunakan bahasa yang unik dan khas (4)
- alur ceritanya menarik (1)   
- banyak kisah yang menginspirasi (2)
- terdapat nilai- nilai kehidupan (5)

- menginformasikan kepada orang lain (5)
- melatih imajinasi siswa (3)
- dapat menginspirasi siswa (2)
- menumbuhkan budaya minat baca (4)
- menambah wawasan siswa (1)

2. Pembahasan
-  Unsur Intrinsik (tema, tokoh dan penokohan, alur dan pengaluran, latar tempat,
   waktu dan suasana, amanat, dan bahasa)
-  Unsur ekstrinsik (nilai sosial budaya, moral, ekonomi, sejarah, religi, dan   pendididkan)     

3. Penutup
- Kesimpulan (kelebihan/keunggulan dan kekurangan/kelemahan)
- Saran  (kelebihan/keunggulan dan kekurangan/kelemahan)        

1. Pendahuluan
Penulis menganalisis naskah drama Krakatoa karya Mahdiduri karena naskah drama tersebut mempunyai alur cerita menarik sehingga membuat pembaca menjadi penasaran dengan kelanjutan kisah pada Naskah Drama tersebut. Pada naskah drama Krakatoa terdapat kisah yang menginspirasi tentang kesetiaan seorang istri yang tidak mau meninggalkan suaminya sendirian dan mau menemaninya hingga ajal menjemputnya. Selain itu, pada Naskah Drama ini diceritakan pula perjuangan menghadapi bencana alam yang tidak bisa diprediksi kapan pun akan terjadi . 

Naskah drama ini mampu menghipnotis jiwa pembacanya melalui deskripsi cerita yang dahsyat dalam Naskah Drama tersebut. Naskah drama  ini dikatakan dapat mempesona pembaca karena dapat mengalir, menyentuh, mencerahkan, dan membidik pusat kesadaran. Penggunaan bahasa yang khas dan unik adalah untuk menemukan dan menandai ciri umum naskah drama ini, diantaranya penggunaan bahasa-bahasa khas jawa yang digunakan pada Naskah Drama ini. Nilai –nilai pada naskah drama Krakatoa dapat di teladani dikarenakan terdapat banyak nilai kehidupan yang bisa ditiru oleh khalayak banyak.

Kegiatan menganalisis naskah drama ini untuk menambah wawasan dalam menikmati seni drama. Hal ini dapat menginspirasi siswa dalam berkarya. Kegiatan ini bertujuan melatih imajinasi seseorang dalam menikmati karya. Selain itu, kegiatan ini bertujuan menumbuh kembangkan budaya minat baca siswa terhadap suatu karya sastra. Kegiatan ini juga berguna untuk menginformasikan kepada orang lain tentang seni drama krakatoa. Oleh karena itu, penulis menganalisis naskah drama yang berjudul Krakatoa karya Mahdiduri diterbitkan oleh Dinas Pendidikan Provinsi Banten bekerjasama dengan Lembaga Keilmuan dan Kebudayaan nimusInstitute pada tahun 2010 dengan ketebalan 116 halaman.
2. Pembahasan
Sinopsis
Sewaktu terjadinya letusan gunung Krakatau pada tahun 1883, seminggu
sebelumnya, Raden Ayu Sadijah sudah mengutarakan pertanda akan kehancuran Krakatau, hanya saja suaminya selaku Wedana Caringin mengindahkannya.. Raden Tjakra Amidjaja bersikukuh bahwa tidak akan ada bencana apapun. Hngga pada senin, 27 Agustus 1883 di pagi hari, pertanda buruk tersebut menjadi kenyataan. Raden segera memerintahkan anak buahnya untuk segera mengevakuasi penduduk ke arah dataran tinggi, begitupula kedua anaknya, Hasan dan Suryati. Namun pada saat perjalanan dokar mereka terguling dan keduanya akhirnya terpisah dan tidak diketahui nasibnya masing-masing.

44 tahun kemudian, seoorang Asisten Wedana, Raden Mulia sedang menyelidiki kedatangan seorang Pandhita di gunung Ciwalirang. Dia menerima laporan kalau Pandhita itu sedang menyusun rencana pemberontakan. Dia pun mendatangi Pandhita tersebut dan sempat bercakap dengannya, akhirnya dia percaya bahwarumor yang beredar di masyarakat itu tidak benar . ternyata Pandhita itu hanya sedang memberi bantuan pengobatan alternatif bagi yang membutuhkan. Keahlian dan keikhlasannya itulah yang menjadikan Pandhita dikenal banyak orang. Dari pertemuan itu, satu hal yang membuat Raden Mulia terkesima adalah sosok anak Pandita, Ratna Sari

Ternyata bukan hanya Raden Mulia yang jatuh hati tetapi banyak juga pemuda-pemuda pendatang yang merasakan ha yang sama saah satunya adalah Abdu Sintir yang tidak bisa menahan diri hingga memutuskan untuk mencuik Ratna Sari. Rencana pun disusun, dia meaporkan Pandhita pada komandan pasukan Belanda agar dia ditangkap dengan alasan akan berbuat makar. Rencana pun berhasi,Pandhita ditangkap dan dibawa ke rumah Raden Mulia untuk diintrogasi. Untungnya, Raden Mulia bisa membuktikan kalau Pandhita tidak bersalah. Pandhita pun lekas pulang ke gunung Ciwalirang. Ketika sampai, Pandhita sudah tidak menemukan lagi istri dan anaknya, dia pun menyangka kalau mereka ikut Abdul Sintir karena tergiur hartanya. Pandhita pun murka dan mengutuk bahwasanya Krakatau akan meletus dan akan memusnahkan segala yang ada di sekitarnya.

Keesokan paginya, raden mulia menusulPandhita ke gunung Ciwairang. Mulai saat itu, seantero pesisir pantai anyer mulai dilanda gempa. Di sana ia mendapat berita menghilangnya  Ratna Sari dan Ibunya. Ia pun bergegas ke pesisir pantai, bermaksud mengejar rmbngan setelah melewati banyak ombak besar, Raden Mulia berhasil menyusul rombngan Abdul Sintir, terjadilah adu tembak

Singkat cerita, Raden Mulia berhasil membawa Ratna Sari dan Ibunya kembali. Ia menginapkan mereka di rumahnya. Secara kebetulan, pagi harinya Raden Mulia kedatangan bupati Rangkas Gombong yang tak lain adalah ayahnya, Raden hasan beserta istrinya bertemulah mereka semua. Kecurigaan Raden mulia atas kemiripan Ratna Sari dengan seseorang yang tak lain adalah neneknya. Ia pun menumpahkannya pada saat itu, ia menyelidikinya secara halus. Ternyata ibu kandung dari Ratna Sari tak ain adalah Bibinya Raden Mulia yakni Suryati Raden Hasan tak kepalang kaget dnegan kebenaran itu, ia menderaikan air mata. Semuanya bersuka ria karena bisa kembali dipertemukan dengan keluarga yang pernah hilang.

Sesampainya keluarga Raden Mulia dan Ratna Sari di gunung Ciwalirang, mereka disambut dengan muka sedih Kusdi, pelayan Pandhita, ia mengatakan bahwa sudah dua hari Pandhita terus bersemedi di gua belakang gubuk mereka. Mereka semua lekas menyusul Pandhita ke dalam dan bertemu dengannya. Awalnya, Pandhita pun merasa tak percaya dengan berita yang dibawa hingga akhirnya Raden Mulia bisa memberi bukti. Setelah percakapan panjang dan Raden Mulia menyampaikan keinginannya mempersunting Ratna Sari, Pandhita menerima lamaran itu dan semuanya sepakat. Akhirnya Raden Mulia dinikahkann dengan Ratna Sari dengan konsekuensi Ratna Sari tidak bisa menjadi penerus tahta bapaknya.

Tema
Tarigan berpendapat bahwa tema adalah pandangan hidup yang tertentu atau perasaan tertentu mengenai kehidupan atau rangkaian nilai-nilai tertentu yang membentuk atau membangun dasar/gagasan utama dari suatu karya sastra (1999:125) dan Aminudin mengungkapkan pendapatnya tema adalah ide yang mendasari suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang diciptanya. (1995:91) sedangkan Rusyana mendefinisikan tema adalah dasar atau makna sebuah cerita, tema adalah pandangan hidup tertentuatau perasaan tertentu yang membentuk atau membangun dasar gagasan utama suatu karya sastra, dan semua fiksi harus mempunyai dasar atau tema yang merupakan sasaran tujuan. (1988:67). Tema dalam naskah drama Krakatoa ini adalah tentang sebuah keluarga kerajaan yang terpisah karena terjadi letusan gunung Krakatau.
Hal ini dibuktikan dengan
“Sewaktu terjadinyaletusan gunung Krakatau pada tahun 1883, Seminggusebelumnya, Raden Ayu Sadijahsudah mengutarakan pertanda akankehancuran Krakatau”
“Dalam perjalananevakuasi, dokar mereka tergulingdan akhirnya Suryati dan Hasanterpisah dan tidak diketahui nasibnya masing-masing.”
“Kesemuanya bersuka riakarena bisa kembali dipertemukandengan keluarga yang pernah hilang.”
Tokoh  dan Penokohan
Tokoh adalah pelaku yang mengemban peristiwa dalam cerita fiksi sehingga peristiwa itu mampu menjalin suatu cerita (Aminudin 2002:79, .Tokoh adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau berlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita (Sudjiman 1998: 16,). Tokoh merupakan orang orang yang ditampilkan dalam suatu karya naratif atau drama oleh pembaca kualitas moral dan kecenderungan kecenderungan tertentu seperti diekspresikan dalam ucapan dan dilakukan dalam tindakan (Abrams 1995:165). Menurut penulis tokoh merupakan individu rekaan pada cerita fiksi yang mendukung jalan cerita. Pada novel ini terdapat beberapa tokoh yaitu;

R. Tjakra Amidjaja berperan sebagai tokoh protagonis
R. Tjara Amidjaja berperan sebagai tokoh protagonist Karena memiliki sikap bijaksana dan rela berkorban sebagai pemimpin distrik. Hal ini dapat dilihat dalam kutipan          
"Aku tidak bisa pergi sekarang, Den. Aku tidak bisa meninggalkantempat ini sebelum semua orang sudah
mengungsi. Lagipula aku inikepala distrik, maka aku wajib menjaga harta benda milik rakyat, agar tidak dicuri orang “
“ Jangan berpikir begitu, Den! Kau harus pergi dari sini dan mencarikan tempat aman bagi anak-anak kita. Tentang aku, jangan kau khawatirkan. Sebab aku punya kuda tunggangan yang bisa kupakai setiap saat. Jadiaku bisa menyingkir kapanpun kalau bencana ini terjadi.”
” Kalau begitu, aku ingin kau adakan pengawasan penuh di pesisir sini siang atau pun malam. Kau suruh saja para mandor yang melakukannya.Dan kalau terjadi apa-apa yang dirasa mengkhawatirkan, segera kasih tahu aku. Biarpun tengah malam, kau harus memberi tahu.Mengerti!? “
“ Itu tidak mungkin Den Ayu. Aku terlanjur jatuh hati dengankehidupan di distrik ini. Lagipula, pemimpin macam apa aku ini berani meninggalkan rakyatnya di tengah bencana. Kalau memang bencana itu terjadi. Tidak. Apapun yang terjadi, aku tetap di sini.”
R. Ayu Sadijah berperan sebagai tokoh protagonist
R.  Ayu Sadijah berperan sebagai tokoh protagonist karena memiliki sikap yang setia pada suami dan rela berkorban demi kesetiaannya pada suaminya. Hal ini dapat dilihat dari kutipan :
” Seandainya mimpi itu hanya isapan jempol belaka. Tapi aku mohon,akang ijinkan aku tinggal di sini sampai senin tanggal 27, kalau dihari itu tidak terjadi apa-apa, baru aku akan berangkat ke Rangkas-Gombong. “
“ Akang benar. Seorang pembesar harus menjaga keselamatan rakyatnya,meski dirinya harus binasa. Memang tidak layak kalau akang pergiduluan, sementara perbekalan bagi pengungsi belum diselesaikan.Kalau begitu, ijinkan saya untuk tinggal menemani dan membantuakang. Lagipula, tidak pantas seorang istri mencari selamat sendirisedang suaminya tengah menghadapi bahaya. Aku siap mati bersama,kang!. “
“ Tidak. Aku tidak akan membiarkan suamiku tercinta menghadapi mautsendirian. Sebagai seorang istri aku wajib membantu dan menemanimu.Dalam senang dalam bahaya sampai titik darah penghabisan. “
P.  Nusa Brahma  berperan  sebagai  tokoh  protagonist
P. Nusa Brahma berperan sebagai tokoh protagonist karena memiliki sifat baik hati, suka menolong tanpa pamrih, rendah hati, bertanggung jawab dengan apa yang ia perbuat dan bijak dalam berbicara. Dapat terlihat dalam kutipan berikut
“ Selamat datang, juragan. Saya senang sekali juragan menyempatkandiri datang ke tempat hamba yang hina ini. “
“ Itu betul, juragan. Tapi saya kesini sebenarnya bukan untuk mengobatiatau jadi dukun. Makanya saya hanya meluangkan waktu saya untuk mengobati hanya pada hari Jum’at. Soal kemujaraban jampi atauramuan saya bukan berasal dari keahlian saya, melainkan pertolongan dari yang maha kuasa. Kalau Tuhan menyayangi si sakit, tentulah Iaakan menyembuhkannya, tapi kalau sudah saat kematiannya, tidak ada satu kekuatanpun yang bisa menolong dia.”
“ Juragan, dalam dunia ini tak ada yang perlu diherankan kalau sudahtahu rahasianya. Apa yang sudah saya perbuat, orang lainpun bisa kalau tahu jalannya. Meski begitu, di dunia ini masih banyak orang-orang bodoh yang mudah ditipu oleh dukun atau tabib yang dikira sakti.Hingga tidak sedikit orang diperas kekayaannya untuk kepentingandukun tersebut, kalau orang itu sampai masuk dalam perangkapnya “
“ Sudah tiba waktunya saya harus meluruskankekeliruan yang pernah saya buat karena terburu nafsu yang menyebabkan banyak jiwa terancam dengan meletusnya Krakatau itu.Untuk mencegah semua itu tak ada jalan lain, kecuali saya harus pergike Swargaloka atau Dewachan. Di sana nenek moyang saya berdiamdan saya akan minta pertolongan agar bencana itu bisa dicegah.Tegasnya, saya harus menyingkirkan diri dari dunia ini lantaranmenanggung dosa besar dari kekeliruan saya”
Abdul Sintir berperan sebagai tokoh antagonis
Abdul Sintir berperan sebagai tokoh antagonis karena memiliki sifat sombong, keras kepala Dapat dilihat dari kutipan berikut
“ Menurutmu, apa ia akan tetap menolak, kalau aku memberi mas kawinsebanyak sepuluh ribu dan semua hasil perkebunan karetku? Dia pastiakan menerima! Abdul Sintir!.
“ Alah! Sudah banyak dukun aku datangi, dan mereka semua mataduitan! Ingat, Uang yang berkuasa! Jadi aku pikir Pandhita itu punakan tergoda kalau aku sodorkan seluruh kekayaanku padanya. Bahkanaku sudah berniat akan menggunakan segala kekayaan dan cara zntuk mendapatkan Ratna Sari. “
“ Aku akan meratap,berlutut di hadapan Pandhita dan istrinya itu, agar mereka iba. Akankutunjukan kesungguhanku. Bahkan kalau perlu, aku akan mengancam bunuh diri kalau aku ditolaknya. Kalau sudah begitu, tentunya akuakan diangkat sebagai mantunya. Iya kan!? Hahaha…. “
“ Kalau ia tetap menolakku, terpaksa aku harus memilih dua cara. Bunuh diri atau bawa lari paksa anaknya. Aku tahu Ratna Sari menaruh hati padaku, aku tahu dari tatapannya padaku. Ia pun sudah menerima pemberianku. “
Raden Mulia berperan sebagai tokoh protagonist
Raden Mulia berpera sebagai tokoh protagonist karena memiliki sifat rela mengorbakan dirinya demi keselamatan orang, rasa ingin tahu yang tinggi dan rendah hati. Dapat terlihat dalam kutipan sebagai berikut
“ Kalaupun Krakatau akan meletus, meletuslah. Tapi aku punyakewajiban menangkap para penjahat ini. “
“ Sudahlah Mikung. Tekad saya sudah bulat. Apapun yang terjadi sayaharus selamatkan Ratna Sari dan Ibu. “
“ Makan siang…? Eh, tentu tuan Pandhita. Saya senang sekali bisamenemani tuan Pandhita makan. Lalapan dan sambal, sudah lebih dari cukup “
“ Anda sungguh bijak. Saya kagum dengan pandangan hidup Anda,ternyata di antara kaum Baduy terdapat seseorang yang memiliki pandangan luas dan cerdas seperti Anda.”
   “ Aku semakin penasaran. Apa Bapak bisa antar saya ke sanamenemuinya? “
Alur dan Pengaluran
Alur adalah rangkaian peristiwa yang direka dan dijalin dengan seksama dan menggerakan jalan cerita melalui kerumitan kearah klimaks dan penyelesaian (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Alur adalah jalinan peristiwa dalam karya sastra untuk mencapai efek tertentu (Wiktionary.org). Alur adalah rentetan peristiwa yang membentuk struktur cerita, dimana persitiwa tersebut sambung sinambung berdasarkan hukum sebab-akibat (Forster 1971:93). Menurut penulis alur yang dipakai ialah alur

Tahap pengenalan
Tahap pengenalan adalah tahap pengarang mulai melukiskan suatu keadaan atau situasi berisi pelukisan dan pengenalan situasi latar dan tokoh tokoh cerita, ini merupakan tahap pembukaan cerita (Nurgiyantoro, 2012: 149-150). R. Tjakra Amidjaja adalah seorang kepala distrik Krakatau yang tidak percaya akan mimpi istrinya yang mengatakan bahwa akan ada ombak besar setinggi pohon kelapa disertai hujan api dan lahar panas yang akan membinasakan makhluk hidup.
“ Sudahlah, Den Ayu. Buat apa bersedih akan sebuah perkara yang tidak  jelas sumbernya. Toh, bahaya dan kesedihan tidak akan bisa dirubahdengan ratap tangis. Lebih baik kita serahkan nasib kita pada Tuhan.Ia yang tahu bagaimana melindungi hambanya.”
“ Kalau begitu ini idak bisa dibiarkan. Ya sudah nanti sore akang  akan beri tahu soal ini pada Kiayi Haji Anwar. Dan akhir bulan ini, Den Ayuharus ikut akang ke Serang buat bertemu dokter dari Belanda. Akangrasa den ayu terkena halusinasi sehabis demam tinggi beberapa hari ini. “
“ Oleh karenanya Den ayu tak usahlah bersusah hati dan murung secaratak beralasan. Tegarlah seperti halnya turunan bangsawan, mengingatkau akan menjadi Raden Ayu Bupati. Lihatlah rakyat kita, bukankah mereka selalu gembira dan bekerjaseperti bisaanya? Malah di pesisir pantai, setiap hari banyak orang berkumpul menyaksikan asap yang keluar dari Krakatau. Mereka samasekali tidak takut, dan memang tidak ada yang perlu ditakutkan.”
“ Itu kebetulan saja, Den Ayu..”
” Bahaya apa? Bahaya itu Cuma ada dalam pikiranmu, Den Ayu.Orang lain tidak merasakan adanya bahaya”
Pemunculan masalah
Pemunculan masalah adalah tahap peristiwa yang bersangtan-paut yang berkait-kaitan mulai bergerak pemunculan konflik. (Nurgiyantoro, 2012: 149-150) di pesisir pantai R.Tjakra Amidjaja sedang berdiri menghadap laut dan menatap jauh gunung Krakatau dengan ditemani suara gemuruh yang menandakan aktifitas Krakatau. Namun ia tidak sendirian karena banyak yang menyaksikan kejadian ini salah satuya Lurah
“ Bagaimana menurutmu, lurah? Apa aktifitas gunung api dari pulau krakatau itu semakin sering atau turun beberapa hari ini?
“ Kalau begitu, aku ingin kau adakan pengawasan penuh di pesisir sinisiang atau pun malam. Kau suruh saja para mandor yang melakukannya. Dan kalau terjadi apa-apa yang dirasa mengkhawatirkan, segera kasih tahu aku. Biarpun tengah malam, kau harus memberi tahu.Mengerti!? “
“ Aku juga merasa begitu. Tapi bersikap waspada dan hati-hati tidak ada jeleknya…. Aku pamit dulu lurah, jangan lupa laksanakan tugasmu.”
Klimaks
Klimaks menurut Stanton (1965: 16), adalah saat konflik telah mencapai tingkat intensitas tertinggi, dan saat (hal) itu merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari kejadiannya. Konflik adalah suatu yang dramatik mengacu pada dua kekuatan yang seimbang dan menyiratkan adanya aksi dan aksi balas (Wellek and Wairen, 1988 : 285). Tahap keadaan mulai memuncak atau peningkatan konflik, dan konflik itu sendiri akan berkembangdan dikembangkan kadar intensitasnya. (Nurgiyantoro, 2012: 149-150). Malam hari 27 agustus 1883 Gunung Krakatau mulai menampakkan aktifitasnya. Semakin intens dan besar. Suara gemuruh dan goncangan gempa skala kecil kian sering terjadi. Penggambaran adegan ini terjadi di pendopo kewedanaan hanya terdengar suara orang berdoa. Sementara di panggung terjadi goncangan gempa skala kecil disertai gemuruh Krakatau.
“Allahuma inna nastainuka, wa nastaghfruka, wa numinunika, wa natawakkalu alaika wa husni alaikal khaira,wan ash kuruka, wa lanakfuruka, wan nak lawwa natrokoman tafdzoroka. Allahuma ijjaka, nabudu wa laka, nusoli wa nas judu, wa alaika nasa wa nahfdu, wa narju rahmataka, wa nakshaazabaka inna izabaka bilol kuffari mulhik”
“ Saya minta para lurah segera mengevakuasi penduduk ke sebelahhulu sebelum sore. Bawa barang secukupnya, jangan berlebihan. Yang penting bagi kita adalah menyelamatkan nyawa. Dan pihak keamanan, saya minta membantu para lurah. Dahulukan kaum wanita dan anak-anak. Bawa juga perbekalan. Beras dan makanan lainnya selama pengungsian. Demikian instruksi saya. Segera laksanakan.”
“ Aku tidak bisa pergi sekarang, Den. Aku tidak bisa meninggalkantempat ini sebelum semua orang sudah mengungsi. Lagipula aku ini kepala distrik, maka aku wajib menjaga harta benda milik rakyat, agar tidak dicuri orang. “
“ Alah! Sudah banyak dukun aku datangi, dan mereka semua mataduitan! Ingat, Uang yang berkuasa! Jadi aku pikir Pandhita itu punakan tergoda kalau aku sodorkan seluruh kekayaanku padanya. Bahkanaku sudah berniat akan menggunakan segala kekayaan dan cara zntuk mendapatkan Ratna Sari! Beban sakit mata, memang sudahlah hilang. Tapi beban hati yangmencinta makinlah besar. Buat apa mataku sembuh kalau harusmenderita kerinduan tak berbalas pada bidadari yang bernama Ratna Sari. O, Ratna! Ratna! Sia-sia ayahmu menyembuhkan kebutaanku kalau harus jauh darimu. Lebih baik aku buta, tapi ada kau disampingku “
“ Kalau ia tetap menolakku, terpaksa aku harus memilih dua cara. Bunuhdiri atau bawa lari paksa anaknya. Aku tahu Ratna Sari menaruh hati padaku, aku tahu dari tatapannya padaku. Ia pun sudah menerima pemberianku.”
“ Aku setuju dengan rencanamu, kawan! Kita bawa lari paksa Ratna Sari. “
Antiklimaks
Antikilmaks adalah tahap pengarang memberikan pemecahan soal dari semua peristiwa dan konflik- konflik diberi jalan keluar. (Nurgiyantoro, 2012: 149-150) akhirnya R. Ayu Sadijah bertekad akan menemani suami nya walau sampai merenggut nyawanya karena dia tidak akan membiarkan suami tercinta nya menghadapi kesusahan sendirian.
“ Akang benar. Seorang pembesar harus menjaga keselamatan rakyatnya,meski dirinya harus binasa. Memang tidak layak kalau akang pergiduluan, sementara perbekalan bagi pengungsi belum diselesaikan.Kalau begitu, ijinkan saya untuk tinggal menemani dan membantuakang. Lagipula, tidak pantas seorang istri mencari selamat sendirisedang suaminya tengah menghadapi bahaya. Aku siap mati bersama,kang! “
“ Tidak. Aku tidak akan membiarkan suamiku tercinta menghadapi mautsendirian. Sebagai seorang istri aku wajib membantu dan menemanimu.Dalam senang dalam bahaya sampai titik darah penghabisan. “
“ Bi. Aku percayakan anak-anakku padamu. Bawalah mereka keRangkas-Gombong. “
“ Itu tidak benar, tuan. Sesudah saya mendapat kabar tentang banyaknyaorang-orang yang berobat padanya, saya langsung suruh orang kepercayaan saya guna mengusut kebenaran berita itu. Dari laporanyang saya peroleh, dia tak lebih dari orang bisaa yang tak berbahaya.Untuk memastikan laporan ini, saya langsung pergi ke sana, ke puncak gunung Ciwalirang pada hari minggu tanggal 18. Dan tiga harisesudahnya saya kembali ke sana. Dan sama seperti laporan yang sayaterima, saya tidak menemukan bukti kalau ia berbahaya. “
Resolusi
Resolusi adalah putusan atau kebulatan pendapat berupa permintaan atau tuntutan yg ditetapkan oleh rapat (musyawarah, sidang) ( Kamus Besar Bahasa Indonesia ) sebelum meninggalkan ayah ibu nya Suryati dan Hassan diberikan sebuah kenang kenangan dan menyuruh bi Sitimah untuk mampir di menes untuk memberikan surat pada wedan
“ Bi. Aku percayakan anak-anakku padamu. Bawalah mereka ke Rangkas-Gombong. Tapi sebelumnya mampirlah dulu di Menes, temui wedana di sana dan kasihkan surat ini. (Menyerahkan surat yang sudah disediakan) Dan ini surat untuk ayahku. Berikan padanya.”
“ Kalau begitu, aku ingin kau adakan pengawasan penuh di pesisir sinisiang atau pun malam. Kau suruh saja para mandor yang melakukannya. Dan kalau terjadi apa-apa yang dirasa mengkhawatirkan, segera kasih tahu aku. Biarpun tengah malam, kau harus memberi tahu.Mengerti!?”
Latar
Latar adalah keterangan mengenai waktu, ruang, dan suasana terjadinya lakuan dalam karya sastra (Kamus Besar Bahasa Indonesia). Latar adalah landasan atau tumpuan yang memiliki pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya perstiwa peristiwa yang diceritakan (Abrams 1981:175 via Nurgiantoro 2009:216). Latar adalah pelukisan tempat, waktu, dan situasi atau suasana terjadinya suatu persitiwa (Siswandarti 209:44). Menurut penulis latar adalah tempat, waktu dan suasana kejadian pada cerita.
Latar tempat
Latar tempat yang digunakan dalam novel ini adalah pendopo, pesisir pantai,kantor polisi, dalam goa dan puncak gunung Ciwalirang
“ Sudahlah, Den Ayu. Buat apa bersedih akan sebuah perkara yang tidak  jelas sumbernya. Toh, bahaya dan kesedihan tidak akan bisa dirubahdengan ratap tangis. Lebih baik kita serahkan nasib kita pada Tuhan.Ia yang tahu bagaimana melindungi hambanya.”
Bagaimana menurutmu, lurah? Apa aktitas gunung api dari pulau krakatau itu semakin sering atau turun beberapa hari ini?”
“ Masuk! (Muncul seorang tua penuh uban. Ia menyalaminya, dan mengambil  posisi duduk di seberang raden muria. Mereka berhadapan) Ah, bapak Nurhali. Selamat datang kembali. Kapan sampai? ”
“ Selamat datang, juragan. Saya senang sekali juragan menyempatkandiri datang ke tempat hamba yang hina ini. “
“ Gan…. Salam kenal. Tadi di dalam goa, istri saya sudah jelaskan perkara sebenarnya. Dan saya sangat menyesali kekeliruan besar karena terburu nafsu dan menyalahkan semua orang.”
Latar waktu
Latar waktu yang digunakan dalam novel ini adalah pagi, sore, siang
“ Itu betul, kang. Dan aku tidak sedikit pun merasa khawatir pada mimpi yang datang berulang ulang selama beberapa minggu ini. Jika yang hidup di dunia ini hanya kita berdua, aku tidak takut pada bencanayang akan melanda. Hanya saja aku mengkhawatirkan kedua anak kita, Hasan dan Suryati. “
“ MALAM HARI. 27 AGUSTUS 1883.GUNUNG KRAKATU MULAI MENAMPAKKANAKTIFITASNYA. SEMAKIN INTENS DAN BESAR. SUARAGEMURUH DAN GONCANGAN GEMPA SKALA KECIL KIANSERING TERJADI.”
“ Saya minta para lurah segera mengevakuasi penduduk ke sebelahhulu sebelum sore. Bawa barang secukupnya, jangan berlebihan. Yang penting bagi kita adalah menyelamatkan nyawa.”
“ PAGI HARI, DESEMBER 1927. KANTOR POLISI NAMPAK ASISTEN WEDANA BERNAMA RADEN MULIA SEDANGDUDUK MENGHADAP MEJA KERJANYA.”
“ Selamat datang, juragan. Saya senang sekali juragan menyempatkandiri datang ke tempat hamba yang hina ini.”
Latar suasana           
Latar suasana dalam novel ini adalah terharu, sedih, marah, dan bahagia
“ Tidak. Aku tidak akan membiarkan suamiku tercinta menghadapi mautsendirian. Sebagai seorang istri aku wajib membantu dan menemanimu.Dalam senang dalam bahaya sampai titik darah penghabisan. “
“ Ini gelang, pusaka pemberian uyutmu sewaktu pulang dari Mekkah.( Pada Mandor Karnaen) Karnaen! Simpan gelang ini untuk merekaagar bisa mengingat kami jika kita tidak bertemu lagi! Jaga baik anak-anakku dan gelang ini, jangan sampai hilang! “
“ Kawan! Jaga ucapan kalian! Jangan macam-macam terhadap Pandhitadan keluarganya! Aku Kepala keamanan dan Asisten Wedanatempat ini. Aku sudah mendengar rencana jahakalian. Kalau kalianmenjalankan niatan itu, aku tidak akan segan-segan menangkap dan menebas leher kalian! “
“ Suryati! Suryati! Engkau kembali…..Ya Allah…”
“ Maka dengan ini, Ratna Sari telah sah sebagai istri dari Raden Mulia.”
“ Kusdi, mana tuan Pandhita?KUSDI TAK MENJAWAB, JARINYA MENUNJUK SUMUR.RADEN HASAN HADI DININGRAT MENGHELA NAPASPANJANG DAN MENDEKATI SUMUR. RAUT WAJAHNYAMENAMPAKKAN KESEDIHAN. IA MENDONGAKKANKEPALANYA DAN LAMPU PADAM.”
Amanat
Kenny (1966: 89 via Nurgiyantoro, 2009: 321) berpendapat bahwa amanat atau nilai moral merupakan unsur isi dalam karya fiksi yang mengacu pada nilai-nilai, sikap, tingkah laku, dan sopan santun pergaulan yang dihadirkan pengarang melalui tokoh-tokoh di dalamnya dan Akhmad Saliman (1996 : 67) berpendapat bahwa amanat adalah segala sesuatu yang ingin disampaikan pengarang, yang ingin ditanakannya secara tidak langsung ke dalam benak para penonton dramanya sedangkan Harimurti Kridalaksana (183) mendefinisikan amanat sebagai keseluruhan makna konsep, makna wacana, isi konsep, makna wacana, dan perasaan yang hendak disampaikan untuk dimengerti dan diterima orang lain yang digagas atau ditujunya. Amanat naskah drama Krakatoa ini adalah jangan pernah meremehkan pendapat seseorang hanya karena ego semata dan harus selalu bertanggung jawab atas keputusan yang diambil juga bertindak tepat agar tidak terjadi kesalahan yang baru disadari setelah beberapa tahun lamanya

Bahasa dan Majas
Gaya Bahasa merupakan jenis bahasa yang dipakai pengarang (Siswandarti 2009:44). Gaya Bahasa merupakan cara pengucapan pengarang dalam mengemukakan suatu terhadap pembaca (Ambrams 1981:190-1 via Nurgiantoro 2009:276). Gaya bahasa adalah pemanfaatan kekayaan bahasa, pemakaian ragam tertentu untuk memperoleh efek-efek tertentu yang membuat sebuah karya sastra semakin hidup, keseluruhan ciri bahasa sekelompok penulis sastra dan cara khas dalam menyampaikan pikiran dan perasaan, baik secara lisan maupun tertulis.(Wikipedia Bahasa Indonesia). Menurut penulis, gaya bahasa adalah bahasa yang digunakan penulis dalam menceritakan suatu kejadian pada cerita. Bahasa dari naskah drama Krakatoa ini menggunakan Bahasa Indonesia yang baku seperti pada zaman kerajaan. Hal ini dibuktikan dengan
“Pagi hari, desember 1927. Kantor polisi nampak asisten wedana bernama raden mulia sedangduduk menghadap meja kerjanya. Ia membuka Surat-surat yang sampai di mejanya tadi malam, Menandainya dengan pensil. Kemudian iamendekatkan mesin tik dan mulai mengetik. Ditengah aktifitasnya itu, terdengar suara pintudiketuk.”
“sejauh yang saya selidiki dengan menyaksikan sendiri pekerjaannya Dan dari keterangan orang-orang kampong di dekat situ, ia tidaklah berbahaya. Hal itu karena ia tidak pernah berbicara soal politik atauagama. Kerjaannya cuma berdoa dan sembahyang, tiap jumat, iamembuka praktek pengobatan bagi masyarakat. Anehnya dia tidak  pernah mau menerima pamrih atas jasanya itu.”
“nurhali berdiri dan menyembah dan pergimeninggalkan raden mulia. Sesudah itu radenmulia duduk dan tecenung dengan pokok pembicaraan tadi”
Nilai-nilai Kehidupan
Gordon Allfort mengemukakan bahwa nilai adalah keyakinan yang membuat seseorang bertindak atas dasar pilihannya, (1964: 9) dan Kuperman berpendapat bahwa nilai adalah patokan normative yang mempengaruhi manusia dalam menentukan pilihannya diantara cara-cara tindakan alternative (1983: 9) sedangkan Brameld Kluckhohn mendefinisikan nilai sebagai  konsepsi ( tersurat atau tersirat, yang sifatnya membedakan individu atau ciri-ciri kelompok) dari apa yang diinginkan, yang  mempengaruhi tindakan pilihan terhadap cara, tujuan antara dan tujuan akhir (1957: 9). Nilai-nilai kehidupan yang terkandung dalam Naskah Drama ini meliputi nilai moral, agama, dan sosial .
Nilai Moral
Pada Naskah Drama ini terdapat banyak nilai-nilai moral yang dapat diteladani dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan dibawah ini
“Dahulukan kaum wanita dan anak-anak. Bawa juga perbekalan. Beras dan makanan lainnya selama pengungsian. Demikian instruksi saya. Segera laksanakan. (hal 21)”
Tidak. Aku tidak akan membiarkan suamiku tercinta menghadapi mautsendirian. Sebagai seorang istri aku wajib membantu dan menemanimu.Dalam senang dalam bahaya sampai titik darah penghabisan.” (hal 22)
“Tepat sekali, gan. Tapi dia ini kelihatan pintar, punya sopan santun.Tidak seperti orang baduy di gunu Tuan Pandhita, dari cara bicara dan gaya bahasamu, saya yakin bahwaAnda adalah seorang yang bijaksana. Saya senang mengenal Anda.Saya kagum pada Anda yang telah banyak menolong orang sakit tanpamengharapkan pamrih apa pun, tidak mencari keuntungan pribadi,meski Anda sendiri bukan orang kaya.ng Kedeng yang punya tabiat aneh,tidak mau bergaul selain kaumnya sendiri (hal. 29).”
“Tuan Pandhita, dari cara bicara dan gaya bahasamu, saya yakin bahwaAnda adalah seorang yang bijaksana. Saya senang mengenal Anda.Saya kagum pada Anda yang telah banyak menolong orang sakit tanpamengharapkan pamrih apa pun, tidak mencari keuntungan pribadi,meski Anda sendiri bukan orang kaya.(hal.34)
“Tetapi sesungguhnya mereka juga punya sifat yang baik, seperti tidak suka berbohong, menipu, mencuri, bikin keonaran. Selalu hidup rukunantar sesama, jadi tidak perlu lagi yang namanya pengadilan atau pun polisi. (hal.41)
Nilai Agama
Pada Naskah Drama ini terdapat banyak nilai agama yang disampaikan. Hal ini dapat di buktikan pada kutipan dibawah ini.
“Allahuma inna nastainuka, wa nastaghfruka, wa numinunika, wa natawakkalu alaika wa husni alaikal khaira,wan ash kuruka, wa lanakfuruka, wan nak lawwa natrokoman tafdzoroka. Allahuma ijjaka, nabudu wa laka, nusoli wa nas judu, waalaika nasa wa nahfdu, wa narju rahmataka, wa naksha azabaka inna izabaka bilol kuffari mulhik. Di setiap kali berdoa diiringi mengucapkan amindan sahadatain.” (hal.28)
“Kerjaannya Cuma berdoa dan sembahyang, tiap jumat, iamembuka praktek pengobatan bagi masyarakat. (hal. 28)
“Ya. Karena ketika saya berdialog tentang Islam, dia tidak tahu menahusegala ajaran yang saya bicarakan. Menurut orang yang sering bertemudengannya. Cara berdoanya sangat lain dengan kita. Ia sering menyebut nama-nama dewa yang ada dalam pewayangan. Seperti Batara Guru, Batara Wishnu dan lainnya.(hal.28)”
“Lebih baik kita serahkan nasib kita pada Tuhan.Ia yang tahu bagaimana melindungi hambanya. (hal.15)”
Soal kemujaraban jampi atauramuan saya bukan berasal dari keahlian saya, melainkan pertolongan dari yang maha kuasa. Kalau Tuhan menyayangi si sakit, tentulah Iaakan menyembuhkannya, tapi kalau sudah saat kematiannya, tidak ada satu kekuatanpun yang bisa menolong. (hal.33)
Nilai Sosial
Pada Naskah Drama Krakatoa banyak terdapat nilai sosial yang dapat diteladani dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini dapat dibuktikan pada kutipan dibawah ini
“Oleh karenanya Den ayu tak usahlah bersusah hati dan murung secaratak beralasan. Tegarlah seperti halnya turunan bangsawan, mengingat kau akan menjadi Raden Ayu Bupati. (hal . 16)”
“Lihatlah rakyat kita, bukankah mereka selalu gembira dan bekerjaseperti bisaanya? Malah di pesisir pantai, setiap hari banyak orang berkumpul menyaksikan asap yang keluar dari Krakatau. Mereka samasekali tidak takut, dan memang tidak ada yang perlu ditakutkan. (hal.17)
“Kalau begitu, aku ingin kau adakan pengawasan penuh di pesisir sinisiang atau pun malam. Kau suruh saja para mandor yang melakukannya. dan kalau terjadi apa-apa yang dirasa mengkhawatirkan, segera kasih tahu aku. Biarpun tengah malam, kau harus memberi tahu.Mengerti!?. (hal.19)
“Saya minta para lurah segera mengevakuasi penduduk ke sebelahhulu sebelum sore. Bawa barang secukupnya, jangan berlebihan. Yang penting bagi kita adalah menyelamatkan nyawa. Dan pihak keamanan, saya minta membantu para lurah. (hal.21)
“Segera mandor kurnaen memerintahkan beberapa pembantu menyiapkan segala sesuatunya. Bi satimah masuk membawa keluar hasan dan suryati. (hal.23)

BIOGRAFI PENULIS
Mahdiduri, lahir di Tangerang pada 8 Juni. Setelah tamat dari Madrasah Aliyah Negeri 1 Serang dia melanjutkan studinya di Universitas Indraprasta Jakarta Selatan. Pernah menjadi buruh pabrik di wilayah Balaraja. Aktivitas keseniannya dimulai sejak duduk di MAN 1 Serang dengan bergabung Jagat Teater dan Sastra Serang, dilanjutkan bergabung dengan Komunitas Sastra Indonesia (KSI) dan Forum Kesenian Banten (FKB). Setelah lama bergelut di bidang sastra, kini dia bersama kawan-kawannya mendirikan komunitas teater Anonimus. Banyak program-program kesenian yang telah dilaksanakannya, diantaranya program Jazz Tea, Bulletin Teater Acting, Festival Monolog se-Banten dan yang terkini adalah program pendidikan dan pelatihan menulis dan membaca ‘Kamar 37’.
Untuk karya sastra, puisi-puisinya termaktub dalam ragam antologi puisi dan media cetak lokal ataupun nasional, diantaranya pernah dipublikasikan di harian Republika, Sinar Harapan, Radar  Banten, Fajar Banten, Antologi Puisi Bisikan Kata - Teriakan Kota (DKJ), Mahaduka Aceh (PDS. HB Jassin) dan masih banyak lainnya.Sedangkan kerja teater yang pernah dilakukan, diantaranya:
1. Pentas Teater Pakaian & Kepalsuan (Sutradara); 2006
2. Pentas Teater Wekwek (Sutradara); 2008
3. Konser Deklamasi Puisi ‘Mahdiduri Membaca Sutardji’(Deklamator); 2002
4. Konser Deklamasi Puisi ‘Dari Ranjang ke Kamar Mandi’(Deklamator); 2005
5. Konser Delamasi Puisi-puisi WS Rendra (Sutradara & Deklamator); 2009
6. Pentas Monolog ‘Terkapar’ (Aktor); 2007
7. Pentas Monolog ‘Nyanyian Angsa’ (Aktor); 2009
8. Beckett’s Parade (Pimpinan Produksi); 2009
9. Festival Monolog se Banten (Pimpinan Produksi); 2009

3. Penutup
Naskah drama Krakatoa karya Mahdiduri menggambarkan kisah terjadinya letusan gunung Krakatau pada tahun 1883. Dalam naskah drama ini terdapat hubungan satu bagian dengan bagian yang lain yang harmonis serta dapat menimbulkan rasa penasaran bagi pembaca, karena dalam penceritaan isinya  tidak berbelit-belit dan juga mudah dipahami. Di dalam Naskah Drama ini juga terdapat arti dari perjuangan hidup dalam menghadapi bencana yang tidak bisa diprediksi kapan akan terjadi. Bahasa yang digunakan dalam Naskah Drama Krakatoa adalah Bahasa Indonesia namun sedikit ada campuran bahasa Jawa, sehingga agak sedikit membingungkan bagi pembaca yang tidak mengerti arti tersebut .

Naskah Drama ini layak dibaca oleh seluruh kalangan mulai dari remaja hingga dewasa karena naskah drama ini mengisahkan tentang terjadinya letusan gunung Krakatau pada tahun 1883 yang merupakan bagian dari sejarah bencana alam terdahsyat di Indonesia. Secara keseluruhan, naskah drama ini layak untuk di presentasikan dalam bentuk pentas drama karena banyak nilai-nilai kehidupan yang dapat diteladani dalam kehidupan sehari-hari.  Akan tetapi akan lebih baik lagi jika penggunaan bahasa Jawa dalam Naskah Drama tersebut disertakan glosarium sehingga memudahkan pembaca.


























Daftar Pustaka

Aminudin. 1995. Stilistika. Pengantar Memahami Bahasa Dalam Karya Sastra. Semarang: IKIP Semarang Press
Aminudin. 1987. Pengantar Apresiasi Sastra. Malang: IKIP Malang
Foster, E.M. 1970. Aspect of The Novel Harmondswot: Penguin Book
Nurgiyantor, B. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada Press
Rusyana, y. 1994. Bahasa dan Sastra dalam Gamitan Pendidikan. Bandung: Diponegoro
Sudjiman, p. 1998. Beberapa Gagasa Penting Tentang Pengajaran Sastra Khususnya di Sekolah Lanjutan. Jakarta: Majalah Sastra
Tarigan. 1992. Menulis. Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: Angkasa

Post a Comment

0 Comments